Solar Non Subsidi Juga Bakal Bercampur Minyak Sawit

Pencampur biodiesel pada Solar non subsidi bertujuan untuk meningkatkan penyerapan biodiesel yang ditargetkan 5,5 juta kilo liter (KL).

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 23 Sep 2016, 12:47 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2016, 12:47 WIB
20160308-Ilustrasi-Kelapa-Sawit-iStockphoto
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berencana memperlebar program pencampuran minyak sawit (biodiesel) ke Solar non subsidi dari sebelumnya yang hanya untuk solar subsidi. Untuk porsi pencampurannya sama yaitu sebesar 20 persen. 

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, pencampur biodiesel pada Solar non subsidi bertujuan untuk meningkatkan penyerapan biodiesel yang ditargetkan 5,5 juta kilo liter (KL).

"Tujuannya ingin memperluas penggunaan atau pemanfaatan biodiesel‎. Kemarin kami fokus ke yang non PSO," ‎kata Rida, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (23/9/2016).

Saat ini, Kementerian ESDM masih mencari parameter untuk pencampuran biodiesel dengan Solar non subsidi tersebut. Target yang diinginkan pemerintah adalah penggunaan biodiesel naik sementara pungutan kepada pengusaha sawit yang melakukan eskpor tetap dan cukup untuk menutupi subsidi biodiesel.

"Volumenya naik, dan sekarang pengaturannya macam apa. Agar apa yang dipungut itu cukup untuk menutupi selisih itu," jelas Rida.

Rida mengungkapkan, salah satu peluang agar pungutan biodiesel tetap, tetapi cukup untuk menutupi subsidi meski volume bertambah adalah‎ dengan meningkatkan ekspor kelapa sawit dan turunannya.

"Volume bertambah karena volume ekspor kita harapkan naik. Makanya pungutannya naik meskipun per ton tetap," tutur Rida.

Seperti diketahui, pungutan CPO jauh lebih tinggi ketimbang pungutan produk hilirisasi. Tarif pungutan sebesar US$ 10 per ton-US$50 per ton atas ekspor 24 jenis produk seperti tandan buah segar hingga biodiesel dari minyak sawit dengan kandungan metil ester lebih dari 96,5 persen. (Pew/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya