RI Tak Perlu Ekspor Gas Seperti Rusia

Rusia berinvestasi besar-besaran dengan bangun pipa gas ke wilayah timur dan menjual ke China, lalu ke Korea.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 25 Okt 2016, 18:02 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2016, 18:02 WIB
Rusia berinvestasi besar-besaran dengan bangun pipa gas ke wilayah timur dan menjual ke China, lalu ke Korea.
Rusia berinvestasi besar-besaran dengan bangun pipa gas ke wilayah timur dan menjual ke China, lalu ke Korea.

Liputan6.com, Jakarta Masa depan ekonomi dunia ada di kawasan Asia Pasifik, bukan lagi Amerika Serikat (AS). Sadar akan hal itu, Rusia sudah siap merebut pasar ekspor gas alam ke negara-negara di Asia Pasifik.

"Rusia investasi besar-besaran bangun pipa gas ke wilayah Timur. Jual gas ke China, lalu ke Korea," ujar Dosen Hubungan Internasional dari Universitas Bina Nusantara, Don K Marut, saat Diskusi Publik Perubahan Struktural Sosial Ekonomi Indonesia Pasca Reformasi di Megawati Institute, Jakarta, Selasa (25/10/2016).

Setelah Rusia, sambung Don, AS tidak mau ketinggalan. Negara adidaya ini juga bersiap membangun infrastruktur serupa untuk bermain di bisnis tersebut. "Karena mereka sadar bahwa ekonomi dunia itu nantinya ada di Asia Pasifik," terangnya.

Sementara Indonesia sebagai salah satu produsen gas terbesar di dunia, diminta Don tidak lagi mengekspor gas ke pasar luar negeri. Ia menyarankan supaya pasokan maupun cadangan gas di perut bumi digunakan atau dijual di pasar domestik.

"Sudahlah Indonesia tidak usah lagi ekspor gas ke luar negeri, dipakai saja di dalam negeri. Karena kita tidak bisa menyaingi harga gas rusia, karena harganya sangat murah," saran dia.

Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi‎ (SKK Migas) menyatakan alokasi gas untuk dalam negeri pada 2016 mencapai 61 persen. Jumlah ini naik dibanding alokasi gas untuk tahun lalu.

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, alokasi gas 61 persen berarti setara dengan 4,144 BBTUD, sedangkan gas dieskpor hanya sebanyak 2,561 BBTUD.

Diskusi Publik Perubahan Struktural Sosial Ekonomi Indonesia Pasca Reformasi di Megawati Institute, Jakarta, Selasa (25/10/2016).

"Diprediksi 2016 kebutuhan gas domestik lebih banyak dibandingkan ekspor. 61 persen penyaluran gas pada domestik," kata Amien.

Pada 2015 alokasi gas domestik mencapai 3,848 BBTUD atau 53 persen. Sedangkan gas yang diekspor 3,063 BBTUD, alokasi gas domestik tersebut meningkat dari tahun sebelumnya 3,785 BBTUD.

"Alokasi gas domestik mengalami peningkatan rata-rata 9 persen, sejak 2003 hingga 2015," tutur Amien‎. (Fik/Gdn)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya