Liputan6.com, Jakarta Indonesia diperkirakan mendulang pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen di kuartal III 2016. Pendorong utamanya berasal dari konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi di tengah pelemahan pertumbuhan konsumsi pemerintah akibat pemotongan anggaran.
"Ekonomi nasional kuartal III 2016 diperkirakan bertumbuh 5,07 persen (year on year/Yoy)," kata ekonom dari PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (7/11/2016).
Lebih jauh dia menjelaskan, konsumsi rumah tangga dan PMTB atau investasi masih berperan menjaga pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diproyeksikan mencapai 5 persen (yoy) seiring dengan masih terjaganya daya beli masyarakat.
Baca Juga
"Daya beli masyarakat terjaga sejalan dengan tren penurunan inflasi (tingkat harga cenderung stabil). Penjualan ritel tumbuh positif serta perbaikan pertumbuhan penjualan otomotif pada September ini," kata Josua.
Faktor pendorong lainnya, ucap Josua, investasi tumbuh sekitar 5,75 persen (yoy) seiring dengan sentimen positif yang mendorong aliran dana masuk ke pasar keuangan.
"Beberapa indikator lainnya juga menunjukkan perbaikan di investasi fisik, seperti penjualan semen tumbuh 2,5 persen (yoy), serta meningkatnya impor barang modal," tutur dia.
Pertumbuhan ekonomi tertahan karena pemangkasan belanja kementerian/lembaga yang merupakan bagian dari pengeluaran pemerintah. Pemerintah seperti diketahui menghemat anggaran hingga Rp 137 triliun untuk menjaga defisit tidak melebihi 3 persen dari PDB sehingga menghambat laju pertumbuhan konsumsi pemerintah.
"Kontribusi konsumsi pemerintah berkurang seiring penghematan belanja pemerintah pusat pada semester II tahun ini sehingga pertumbuhan konsumsi pemerintah melambat jadi 2,5 persen year on year," Josua menuturkan.
Sementara itu, kontribusi dari ekspor, ujar dia, masih terkontraksi seiring melemahnya permintaan dunia. Di sisi lain, volume impor lebih tinggi dibanding volume ekspor.
"Namun, pertumbuhan ekonomi di akhir tahun diperkirakan sekitar 5 persen Yoy," ucap Josua.
Senada, ekonom dari DBS Bank Ltd, Gundy Cahyadi memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III sekitar 5 persen sejalan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
"Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap stabil dan terus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan," jelasnya.
Gundy mengaku, kekhawatiran terhadap pertumbuhan belanja pemerintah yang diperkirakan melambat secara signifikan. Namun penerimaan dari program pengampunan pajak atau tax amnesty di September 2016 telah menghilangkan kekhawatiran tersebut.
"Investasi swasta masih kurang kontribusinya saat ini. Meski telah pulih, kecepatan pertumbuhan investasi swasta masih cukup jauh dari yang sebelumnya ditargetkan 7-8 persen," pungkas Gundy.(Fik/Nrm)