Rupiah Menguat Seiring Mata Uang Asia Lainnya

Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.424 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 22 Nov 2016, 13:21 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2016, 13:21 WIB

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Namun di tengah perdagangan rupiah mampu menguat hingga sempat menyentuh level 13.380 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Selasa (22/11/2016), rupiah dibuka di angka 13.410 per dolar AS, melemah tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.406 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.380 per dolar AS hingga 13.460 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih mampu menguat 2,53 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.424 per dolar AS pada perdagangan hari ini. menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.438 per dolar AS.

Beberapa mata uang Asia memang menguat terhadap dolar pada perdagangan hari ini. Yen Jepang menguat 0,5 persen dan won Korea Selatan naik 1 persen.

The Bloomberg Dollar Spot Index yangh merupakan indeks yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap 10 mata uang utama lainnya turun 0,1 persen. penurunan pada hari ini melanjutkan penurunan pada perdagangan kemarin.

Ekonom Senior St George Bank Ltd, Sydney, Australia, Janu Chan menjelaskan, penguatan dolar AS sudah cukup tinggi dalam beberapa hari terakhir. Oleh karena itu para spekulan mencoba untuk menahan penguatan tersebut ke level yang lebih tinggi. "kenaikan dolar AS yang terlalu tinggi juga sangat berisiko bagi perekonomian," jelas dia.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan,rupiah yang sempat melemah di pembukaan Senin kemarin akhirnya ditutup menguat tipis.

"Hari ini dorongan penguatan rupiah bisa bertambah dan berlanjut di tengah surutnya kekuatan dolar AS dan kembalinya penguatan minyak," jelas dia.

Namun pelaku pasar perlu melihat bahwa volatilitas rupiah berpeluang kembali mendekati aksi demonstrasi. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya