Liputan6.com, Jakarta Kementerian BUMN gagal mewujudkan pembentukan empat induk usaha (holding) BUMN yang ditargetkan selesai pada tahun ini.
Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro mengungkapkan, pembentukan induk usaha BUMN pada tahun ini kemungkinan hanya terealisasi dua, dari target awal enam holding. Keduanya adalah holding di sektor minyak dan gas, serta tambang.
"Tahun ini ada dua sektor yang sudah komplit. PP keduanya sudah ready di Setneg, tinggal ditandatangani Presiden," kata dia di Jakarta, Rabu (23/11/2016).
Aloy mengaku tak tercapainya pembentukan enam holding BUMN tersebut karena berbagai persoalan. Salah satunya perubahan PP No 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara.
Baca Juga
"Karena tidak mudah. Karena perusahaan yang di bawahnya ini Tbk. Jadi urusan-urusan tbk itu kan harus memenuhi tata cara penggabungan, pemisahan, supaya kita tidak merugikan pihak minority investor," kata dia.
Meski demikian, Aloy menargetkan pembentukan holding empat BUMN lainnya selesai pada kuartal I 2017.
Adapun empat holding yang belum terwujud tersebut adalah di sektor jalan tol, perumahan, industri keuangan dan pangan.
Menurut dia, holding menjadi kunci dalam menjadikan BUMN lebih kuat dan lincah. Untuk mempersiapkan itu, Kementerian BUMMN mematok belanja modal (capex) BUMN meningkat dalam beberapa tahun mendatang.
Pada 2017 Kementerian BUMN mematok belanja modal sebesar Rp 555 triliun. Jumlah ini akan bertambah signifikan menjadi Rp 800 triliun pada 2018. (Yas/Nrm)
Advertisement