Liputan6.com, Jakarta - PT Pupuk Indonesia (Persero)‎ yang merupakan holding company terus berupaya efisiensi demi menekan biaya operasionalnya. Saat ini biaya operasional perusahaan itu sangat tinggi, yang dipicu dari harga gas cukup tinggi.
Head of Corporate Communication Pupuk Indonesia, Wijaya Laksana menuturkan, belanja gas di perusahaannya menjadi satu kebutuhan yang memerlukan banyak investasi.
"Saat ini secara holding, hanya untuk belanja gas. Kita setiap bulannya habis US$ 120 juta," kata Wijaya yang ditulis, Sabtu (26/11/2016).
Belanja gas per bulan tersebut jika dikonversi ke rupiah menjadi Rp 1,6 triliun per bulan dengan kurs rupiah 13.500 per dolar AS.
Baca Juga
Wijaya menjelaskan, saat ini perusahaannya mengoperasikan setidaknya 16 pabrik urea yang terus mendapat pasokan gas. Pabrik itu berada di Bontang, Gresik, Cikampek, Palembang dan Lhoksemawe.
Dalam rangka efisiensi untuk mengurangi biaya produksi tersebut, setidaknya merevitalisasi di beberapa pabriknya. Saat ini usia pabrik yang dimiliki rata-rata berusia di atas 20 tahun.
"Revitalisasi itu ya menggantikan pabrik yang sudah tua dengan pabrik yang lebih canggih dan hemat konsumsi gasnya," ujar dia.
Salah satu pabrik yang akan ditutup dan digantikan tahun ini adalah pabrik Pusri 2 yang ada di Palembang. Pabrik itu akan berhenti beroperasi pada 2017 karena memiliki konsumsi gas cukup tinggi, mencapai 38,16 MMBTU per ton.
Sebelum dimatikan, Wijaya juga memastikan pabrik Pusri 2B beroperasi. Pabrik Pusri 2B masih memasuki tahap performance test dan akan segera beroperasi. Konsumsi gas di pabrik ini juga lebih rendah, yaitu 24,25 MMBTU per ton. (Yas/Ahm)
Advertisement
Â