Menteri Jonan: Pembekuan Keanggotaan RI di OPEC Keputusan Terbaik

Menteri ESDM Ignasius Jonan menilai pembekuan sementara keanggotaan Indonesia di OPEC adalah keputusan terbaik bagi seluruh anggota OPEC.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 01 Des 2016, 09:24 WIB
Diterbitkan 01 Des 2016, 09:24 WIB

Liputan6.com, Wina - Indonesia memutuskan untuk membekukan sementara (temporary suspend) keanggotaan di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Keputusan tersebut diambil dalam Sidang ke- 171 OPEC di Wina, Austria, Rabu (30/11/2016).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menilai pembekuan sementara ini adalah keputusan terbaik bagi seluruh anggota OPEC. Sebab dengan demikian keputusan sidang OPEC untuk memotong produksi minyak mentah sebesar 1,2 juta barel per hari bisa dilaksanakan.

Di sisi lain Indonesia tidak terikat dengan keputusan yang tidak sejalan dengan kepentingan nasional Indonesia. Sebab, sidang OPEC meminta Indonesia untuk memotong sekitar 5 persen dari produksinya, atau sekitar 37 ribu barel per hari.

"Padahal kebutuhan penerimaan negara masih besar dan pada RAPBN 2017 disepakati produksi minyak di 2017 turun sebesar 5.000 barel dibandingkan 2016," jelas Jonan.

Dengan demikian pemotongan yang bisa diterima Indonesia adalah sebesar 5.000 barel per hari. Jonan menambahkan, sebagai negara pengimpor minyak, pemotongan kapasitas produksi ini tidak menguntungkan bagi Indonesia, karena harga minyak secara teoritis akan naik.

Dengan pembekuan keanggotaan ini, Indonesia tercatat sudah dua kali membekukan keanggotaan di OPEC. Pembekuan pertama pada tahun 2008, efektif berlaku 2009. Indonesia memutuskan kembali aktif sebagai anggota OPEC pada awal 2016.

Sementara itu, Staf Khusus Kementerian ESDM Hadi M Djuraid menambahkan, keputusan untuk membekukan sementara keanggotaan Indonesia di OPEC sudah memperoleh restu dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya