Liputan6.com, Jakarta Pengusaha memprediksi permintaan makanan dan minuman akan meningkat sebesar 10 persen sampai 15 persen saat momen Natal dan Tahun Baru 2017. Permintaan terbesar masih berasal dari panganan ringan dan minuman kemasan.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan, kenaikan permintaan selama momen Natal dan Tahun Baru sudah menjadi tren setiap tahunnya.
"Kenaikan perkiraan saya sekitar 10-15 persen atau hampir sama dengan tahun-tahun lalu. Tidak ada gejolak yang seperti di Lebaran," ujar dia di Jakarta, Jumat (15/12/2016).
Advertisement
Baca Juga
Dia menuturkan makanan dan minuman yang paling banyak dicari adalah yang bisa dikonsumsi masyarakat saat momen perayaan. Industri pun sudah jaug-jauh hari menambah produksi untuk memenuhi kenaikan permintaan tersebut. "Seperti candy, biskuit, minuman manis dan lainnya," dia menambahkan.
Adapun industri makanan dan minuman nasional tumbuh 9,82 persen setara dengan Rp 192,69 triliun pada kuartal III 2016.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto menjelaskan, tingginya pertumbuhan industri makanan dan minuman di saat ekonomi Indonesia tengah lesu terpicu masih tingginya permintaan masyarakat kelas menengah ke atas untuk produk-produk tersebut.
Industri makanan dan minuman juga mempunyai peranan penting dalam mendorong pertumbuhan industri nasional. Panggah mencatat, industri tersebut memberi kontribusi terbesar dalam mendorong Produk Domestik Bruto (PDB) industri non migas.
“Dengan pertumbuhan 9,82 persen, sektor ini menopang sebagian besar industri non migas dengan pertumbuhan mencapai 4,71 persen,” ungkap Panggah.
Sementara itu, sumbangan nilai ekspor produk makanan dan minuman termasuk minyak kelapa sawit pada Januari-September 2016 mencapai US$17,86 miliar.
Capaian ini membuat neraca perdagangan masih positif bila dibandingkan dengan nilai impornya pada periode yang sama sebesar US$6,81 miliar.