Sepanjang 2016, BTN Catatkan Laba Rp 2,61 Triliun

Pertumbuhan penyaluran kredit yang positif turut mengerek nilai aset BTN naik.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 13 Feb 2017, 18:35 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2017, 18:35 WIB

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menutup catatan kinerja perseroan pada tahun lalu dengan mencatatkan perolehan laba bersih senilai Rp 2,61 triliun. Nilai tersebut naik 41,49 persen secara tahunan dari perolehan laba bersih pada tahun sebelumnya yang tercatat Rp 1,85 triliun.

Direktur Utama Bank BTN Maryono mengatakan, pencapaian positif tersebut ditopang kinerja penyaluran kredit dan penghimpunan simpanan yang mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata industri. Raihan positif laba bersih Bank BTN, lanjut Maryono, juga diikuti kualitas aset yang terus membaik.

“Kami optimistis BTN akan mampu melanjutkan kinerja positif tersebut pada tahun ini mengingat kondisi ekonomi yang mulai menunjukkan geliat positif serta berbagai kebijakan pemerintah dan regulator yang mendukung perkembangan sektor properti,” ujar Maryono di kantornya, Senin (13/2/2017).

Adapun, penyaluran kredit BTN telah mencatatkan kenaikan sebesar 18,34 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp 138,95 triliun pada akhir 2015 menjadi Rp 164,44 triliun di Desember 2016. Posisi pertumbuhan tersebut berada di atas rata-rata industri. Pasalnya, Bank Indonesia dalam Analisis Uang Beredar M2 merekam, kredit perbankan nasional hanya naik 7,8 persen yoy pada Desember 2016.

Kredit di sektor perumahan pun tercatat menjadi penyokong utama kenaikan pinjaman di Bank BTN. Kredit yang menempati 89,97 persen porsi pinjaman di Bank BTN ini, naik 18,43 persen yoy dari Rp 124,92 triliun di akhir 2015 menjadi Rp 147,94 triliun di periode yang sama tahun lalu.

Kemudian, pertumbuhan terbesar di segmen ini berasal dari kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi yang naik 30,57 persen yoy dari Rp 43,52 triliun pada akhir Desember 2015 menjadi Rp 56,83 triliun di Desember 2016.

Pertumbuhan penyaluran kredit yang positif tersebut juga turut mengerek nilai aset emiten bersandi saham BBTN naik. Per akhir tahun lalu, aset Bank BTN tumbuh 24,66 persen yoy dari Rp 171,8 triliun menjadi Rp 214,16 triliun. Dengan posisi tersebut, BBTN juga tercatat menjadi bank dengan aset terbesar ke-6 (bank only) di Indonesia.

Sementara itu, rasio kredit bermasalah (non-performing loan /NPL) gross Bank BTN per Desember 2016 berhasil ditekan dari 3,42 persen menjadi 2,84 persen. NPL net pun membaik dari 2,11 persen pada Desember 2015 menjadi 1,85 persen di bulan yang sama di tahun berikutnya.

Sejalan dengan capaian penyaluran kredit, bank yang dulunya bernama Bank Tabungan Pos ini juga mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di atas rata-rata industri.

Dana Pihak Ketiga

Per Desember 2016, Bank BTN berhasil menghimpun DPK senilai Rp 160,19 triliun atau naik 25,4 persen yoy dari Rp 127,74 triliun di bulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara, data bank sentral menunjukan perbankan nasional hanya mencatatkan pertumbuhan DPK per Desember 2016 sebesar 9,5 persen yoy.

Struktur DPK Bank BTN juga menguat dengan peningkatan porsi dana murah (current account and saving account/CASA) perseroan yang naik ke level 50,36 persen pada kuartal akhir 2016 dari 48,63 persen di periode yang sama tahun sebelumnya. Per Desember 2016, CASA Bank BTN tercatat senilai Rp 80,68 triliun atau naik 29,85 persen dari Rp 62,13 triliun di bulan yang sama tahun sebelumnya.

Pada akhir tahun lalu, perolehan laba bersih Bank BTN juga didukung margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang naik dari 4,87 persen pada Desember 2015 menjadi 4,98 persen. Peningkatan laba bersih BBTN juga didorong kenaikan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) dan pendapatan operasional (profit from operating).

Pendapatan bunga bersih Bank BTN tercatat naik sebesar 20,17 persen yoy dari Rp6,86 triliun di akhir 2015 menjadi Rp 8,25 triliun pada periode yang sama di 2016. Kemudian, pendapatan operasional tumbuh 32,31 persen yoy dari Rp 2,53 triliun pada Desember 2015 menjadi Rp 3,35 triliun di bulan yang sama tahun berikutnya.

Di sisi lain, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) BBTN membaik dari 16,97 persen pada Desember 2015 menjadi 20,34 persen di Desember 2016. Perseroan mencatat peningkatan CAR tersebut disumbang revaluasi aset yang dilakukan Bank BTN pada April 2016.

“Pencapaian kinerja tahun 2016 ini didukung komitmen dan kerja keras seluruh manajemen mencapai target serta menerapkan berbagai transformasi yang dicanangkan perseroan," tutup Maryono. (Yas/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya