Menteri Bambang Masuk Tiga Besar, Ini Presiden Terpilih IFAD

Pemilihan Presiden IFAD ditentukan besar kecilnya kontribusi permodalan masing-masing negara kepada IFAD.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Feb 2017, 17:43 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2017, 17:43 WIB

Liputan6.com, Jakarta Mantan Perdana Menteri (PM) Togo Gilbert Fossoun Houngbo akhirnya terpilih sebagai Presiden International Fund for Agricultural Development (IFAD). Ini setelah dilakukan pemilihan sebanyak dua ronde dalam sidang tahunan IFAD yang berlangsung di Roma, Italia, 14-15 Februari 2017.

Houngbo berhasil meraih suara 54,432 persen mengalahkan 7 kandidat lainnya. Posisi kedua ditempati Politikus Italia Paolo De Castro dengan jumlah suara 20,341 persen.

Adapun Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro yang menjadi salah satu kandidat dan Wakil Indonesia berada di posisi ketiga dengan meraih suara 17,654 persen.

"Houngbo, Paolo De Castro dan Bambang Brodjonegoro berhasil maju ke ronde kedua setelah meraih suara terbanyak pada ronde pertama. Di ronde pertama, Houngbo meraih 39,623 persen suara, Paolo De Castro 15,088 persen dan Bambang 15,088 persen," ujar Staf Khusus Menteri PPN/Kepala Bappenas, Danang Rizki Ginanjar yang sedang berada di Roma mengikuti proses pemilihan, Rabu (15/2/2017).

Dengan begitu, Houngbo akan menjadi Presiden IFAD masa jabatan 2017-2021 dan mulai bertugas pada 1 April 2017. Pemilihan Presiden IFAD, menurut Danang, ditentukan besar kecilnya kontribusi permodalan masing-masing negara kepada IFAD.

Saat ini terdapat 18 negara anggota IFAD yang memiliki lebih dari 50 persen total hak suara memilih dari total 176 negara anggota.

Dari delapan calon yang bertarung memperebutkan kursi Presiden IFAD, yakni Indonesia, Turki, Italia, Swiss, Dominika, Maroko, Togo, dan Meksiko, pertarungan sengit justru dilakukan Italia dan pendukung Togo, yakni Prancis.

Menurut Danang, Italia pada detik-detik terakhir justru menambah modalnya sehingga porsi suaranya bertambah guna memberikan dukungan kepada kandidatnya. Dari sebelumnya ranking-8 menjadi rangking-2 terbesar suaranya.

Prancis bahkan menjadi juru bicara memiliki kampanye bagi Togo. Prancis memiliki pengaruh sangat kuat di kalangan negara-negara Afrika termasuk di Eropa.

Ketua Tim Ahli Wakil Presiden (Wapres), Sofjan Wanandi menuturkan, di akhir ronde, Menteri Bambang harus bersaing dengan calon dari Togo dan Italia. "Terakhir dipilih dari Togo dan Italia," Sofjan mengungkapkan.

Sementara Pakar hukum internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana melihat pemilihan Presiden IFAD sangat tergantung pada hak suara negara pendukung para kandidat.

"Jadi intinya semua tergantung negara lain yang mendukung. Baik di Afrika maupun negara Barat. Bukan sosok siapanya tapi lebih kepada dukungan ," jelas dia.

Sebenarnya Indonesia memiliki kans besar untuk menjadi pemimpin atau Presiden lembaga Dana Internasional untuk Pengembangan Agrikultural (International Fund for Agricultural Development/IFAD).

Syaratnya, negara tidak membiarkan calon Presiden IFAD, Bambang Brodjonegoro yang saat ini menjabat Menteri Bappenas berjuang sendiri.

"Kita punya kans besar. Bicara soal figur, Pak Bambang banyak pengalaman. Pernah memegang beberapa jabatan penting di Indonesia," kata Hikmahanto.

Menurut Hikmahanto, dalam pencalonan ini yang berat adalah sangat diperlukannya negara-negara pendukung yang menjadi bagian atau konstituen Indonesia untuk satu suara mendukung pencalonan Bambang Brodjonegoro. Dengan dukungan pemerintah Indonesia secara kompak maka akan lebih mudah untuk mendapatkan suara dari negara tetangga.

"Sebagai negara, Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Maka negara harus bisa bisa membantu dan melobi banyak negara lainnya. Intinya pemerintah harus kompak mendukung," tutur dia. (Fik/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya