Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada perdagangan Rabu pekan ini. Kenaikan cadangan devisa membuat rupiah bergerak stabil.
Mengutip Bloomberg, Rabu (8/3/2017), rupiah dibuka di angka 13.350 per dolar AS, tak bergerak jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang juga di angka 13.350 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.328 per dolar AS hingga 13.351 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah mampu menguat 0,99 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Inndonesia(BI), rupiah dipatok di angka 13.340 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.350 per dolar AS.
Baca Juga
Dolar AS memang sedikit melemah pada perdagangan Rabu pekan ini. Sebagian besar investor berharap-harap cemas dengan realisasi data tenaga kerja AS yang bakal keluar pada Jumat nanti.
Data tenaga kerja tersebut akan menentukan atau menjadi dasar bagi Bank Sentral AS untuk menyesuaikan suku bunga acuan.
Selama ini investor sudah cukup yakin bahwa Bank Sentral AS akan menyesuaikan suku bunga tiga kali dalam setahun ini. Hanya saja kisaran kenaikannya belum terlihat jelas.
"Fokus pasar saat ini pada kenaikan suku bunga. Lebih kepada berapa kali mereka akan menyesuaikan kebijakan moneter tersebut," jelas analis baluta asing IG Securities, Tokyo, Jepang Junichi Ishikawa.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga realisasi cadangan devisa yang naik tajam membuat rupiah bergerak stabil. "Mayoritas kurs di Asia juga relatif kuat terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa kemarin," jelas dia.
Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa (Cadev) Indonesia pada akhir Februari 2017 naik sekitar US$ 3 miliar menjadi US$ 119,9 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara menjelaskan cadangan devisa Indonesia akhir Februari 2017 tercatat menjadi US$ 119,9 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Januari 2017 yang sebesar US$ 116,9 miliar.
"Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi penerimaan devisa, antara lain berasal dari penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas," kata Tirta.