Liputan6.com, New York - Harga minyak kembali tertekan pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pendorong pelemahan harga minyak karena pelaku pasar belum mendapat kepastian apakah pembatasan produksi akan diperpanjang atau tetap seperti keputusan semula di akhir Juni.
Mengutip Reuters, Selasa (28/3/2017), harga minyak mentah AS turun 33 sen ke US$ 47,63 per barel. Sedangkan harga minyak Brent yang merupakan patokan internasional turun 17 sen menjadi US$ 50,63 per barel. Harga minyak Brent sempat diperdagangkan lebih rendah rendah di angka US$ 50,03 per barel.
Pada hari minggu kemarin, sebuah komite yang berisi para menteri dari negara-negara yang tergabung dalam organisasi eksportir minyak (OPEC) dan beberapa produsen lain di luar OPEC berkumpul. Hasil dari pertemuan tersebut adalah merekomendasikan untuk melanjutkan pembatasan produksi.
Advertisement
Namun dalam versi resmi, komite tersebut hanya menyebutkan bahwa komite meminta kepada kelompok teknis dan Sekretariat OPEC untuk meninjau ulang kondisi pasar dan kembali untuk mengadalan pertemuan pada April mendatang.
Baca Juga
Sedangkan untuk usulan memperpanjang waktu pembatasan produksi atau pemangkasan produksi tidak dijelaskan secara gamblang. Laporan versi resmi tersebut hanya menyebutkan akan ada penyesuaian produksi secara sukarela.
Harga minyak telah jatuh sejak pertengahan Maret ini karena dari berbagai laporan menunjukkan terjadi kenaikan persediaan minyak di Amerika Serikat (AS). Hal tersebut membuat spekulan melakukan aksi jual karena melihat prospek jangka panjang harga minyak akan terus tertekan.
Data pada sabtu kemarin memperlihakan bahwa investor masih melakukan aksi jual setelah melihat data produksi AS dan dibandingkan dengan data pemotongan produksi dari OPEC dan beberapa negara lain.
"Ketika orang melihat keduanya maka pandangan mulai bergeser dari optimistis menjadi bertanya-tanya apa langkah selanjutnya," jelas director of global energy strategy RBC Capital Markets, Michael Train.
Untuk diketahui, OPEC dan 11 negaa produsen minyak dunia lainnya termasuk di dalamnya Rusia pada November kemarin bertemu dan sepakat untuk memotong produksi dengan nilai 1,8 juta barel per hari yang akan dilakukan sepanjang semester pertama tahun ini.
Beberapa anggota OPEC menyerukan untuk melanjutkan pembatasan produksi tersebut. Sayangnya Rusia sebagai produsen minyak terbesar di luar OPEC sepertinya belum mengambil sikap atas seruan tersebut.