Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak menguat usai laporan data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) menguat sehingga mendorong permintaan energi. Meski demikian harga minyak cenderung selama sepekan imbas kenaikan ekspor OPEC dan produksi AS.
Data tenaga kerja AS menunjukkan ada tambahan data tenaga kerja non sektor pertanian sebesar 209 ribu pada Juli 2017. Angka ini di atas perkiraan ekonom yang disurvei Reuters.
Harga minyak Brent menguat 41 sen atau 0,8 persen ke level US$ 52,42 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mendaki 55 sen atau 1,1 persen ke level US$ 49,58.
Advertisement
Baca Juga
"Harga minyak didukung berita positif dari data tenaga kerja AS," ujar Andrew Lipow, Presiden Direktur Lipow Oil Associates, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (5/8/2017).
Harga minyak sempat melemah sebelum pengumuman data tenaga kerja AS. Adapun Barclays bank menyatakan, harga minyak cenderung koreksi pada kuartal III. Namun, rata-rata harga minyak Brent berada di kisaran US$ 54 per barel selama kuartal IV.
Selama sepekan, harga minyak Brent dan WTI masing-masing melemah kurang dari 1 persen. Analis mengatakan, tekanan harga minyak didorong kenaikan produksi AS dan ekspor OPEC.
Sementara itu, the Organizaton of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) memimpin untuk pangkas minyak 1,8 juta barel per hari. Sedangkan Rusia, produsen minyak non OPEC membukukan kenaikan ekspor pada Juli 2017. Produksi minyak Rusia juga tumbuh 11,1 persen pada kuartal II 2017.
Ekspor minyak tercatat 26,11 juta per barel pada Juli 2017, dengan kenaikan 370 ribu. Kontribusi terbesar berasal dari Nigeria. Sedangkan produksi minyak AS sentuh posisi 9,43 juta barel per hari dengan kenaikan tertinggi sejak Agustus 2015.
Negara produsen minyak tergabung dalam OPEC dan non OPEC akan mengadakan pertemuan di Abu Dhabi pada 7-8 Agustus 2017. Pertemuan itu mendiskusikan strategi untuk mendorong kepatuhan mengurangi produksi minyak.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini: