Pasokan Susut, Harga Minyak Menguat

Harga minyak Amerika Serikat (AS) naik 2,2 persen menjadi US$ 49,30 per barel.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Sep 2017, 06:03 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2017, 06:03 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak menguat usai laporan International Energy Agency (IEA) menyatakan pasokan minyak global mulai menyusut. Meski data Amerika Serikat menunjukkan peningkatan persediaan minyak.

Harga minyak Amerika Serikat (AS) naik US$ 1,07 atau 2,2 persen menjadi US$ 49,30 per barel. Sedangkan harga minyak Brent menguat 89 sen ke posisi US$ 55,16 per barel.

"Pasar bereaksi mengantisipasi kilang kembali buka pada saat bersamaan mengharapkan penurunan permintaan akibat Badai Harvey dan Irma," ujar Analis Lipow oil Associates Andrew Lipow.

Sementara itu, harga bensin AS turun meski terjadi pencatatan cadangan bahan bakar. Analis memperkirakan pasokan akan meningkat seiring kilang kembali beroperasi usai Badai Harvey. Namun, permintaan akan tergelincir akibat Badai Irma di Florida dan Georgia.

Rilis data yang keluar antara lain data US Energy information Administration (EIA) menunjukkan kenaikan 5,9 juta barel minyak pada pekan lalu. Ini melebihi harapan. Kenaikan tersebut didorong kenaikan pasokan di wilayah Teluk AS dan produksi minyak mentah usai Badai Harvey.

"Ini akan memakan waktu lama bagi pasar untuk mengetahui dampak penuh dari angin topan. Namun produksi minyak ada sedikit gangguan," ujar Joe McMonigle, Analis Hedgeye Potomac Research, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (14/9/2017).

Produksi minyak mentah AS secara rata-rata naik 9,4 juta barel per hari pada akhir pekan lalu.

Adapun IEA dalam laporannya menyebutkan kalau produksi minyak di bawah negara OECD (Organization of Economic Cooperation and Development) akan turun lantaran Badai Harvey.

Selain itu, permintaan global menguat dan produksi minyak dari negara pengekspor minyak susut sehingga membantu menyeimbangkan persediaan. "Tanpa normalisasi persediaan tidak ada pemulihan harga yang berkelanjutan," tulis Analis Drillinfo.com.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya