Indonesia Bisa Jadi Negara Maju di 2038

Bila Indonesia bisa menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen saja setiap tahun, maka bisa menjadi negara dengan ekonomi terbesar.

oleh Septian Deny diperbarui 29 Sep 2017, 14:00 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2017, 14:00 WIB
Kondisi Ibu Kota Jakarta
Sejumlah pengendara melintasi kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Jumat (1/9). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Bambang Brodjonegoro menyatakan, Indonesia bisa menjadi negara maju pada 2038. Saat ini Indonesia tengah berupaya keluar dari perangkap pendapatan menengah (middle income trap).

Dia mengungkapkan, untuk keluar dari middle income trap sebenarnya bukan hal yang sulit. Asalkan, Indonesia mampu menjaga kestabilan pertumbuhan ekonominya.

"Tentunya kita ingin bisa mengeluarkan Indonesia dari middle income trap, dan itu bisa terjadi," ujar dia dalam Konvensi Nasional Insinyur Kimia IX di Kantor Pertamina Pusat, Jakarta, Jumat (29/9/2017).

Menurut Bambang, jika Indonesia bisa menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen saja setiap tahunnya, maka Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar nomor 8 di dunia.

"Katakan kita gunakan skenario dasar yang pertumbuhannya cuma 5,1 persen sampai 2045 saat 100 tahun Indonesia, maka dari hitungan tersebut, Indonesia akan naik dari posisi 16 ke 8 pada 2045 sebagai ekonomi terbesar dunia," kata dia.

Bambang mengungkapkan, prediksi lembaga audit dan konsultan ekonomi PricewaterhouseCooper (PWC) lebih cepat lagi. Menurut lembaga tersebut, Indonesia bisa menempati peringkat 5 sebagai negara ekonomi terbesar di 2030. Dan pada saat ini, Indonesia akan berubah dari negara berkembang menjadi negara maju.

"Tapi PricewaterhouseCooper mengatakan, Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar nomor 5 di 2030. Jadi bisa lebih cepat karena berbeda cara perhitungannya. Jadi mungkin anak-anak kita akan merasakan Indonesia jadi negara maju di 2038," tandas dia.

Prediksi ADB

Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,1 persen pada tahun ini dan 5,3 persen di tahun depan. Proyeksi ini masih sejalan dengan perkirakan ADB pada April lalu.

Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein mengatakan, perekonomian Indonesia masih kuat di tengah ketidakpastian global. "Ekonomi Indonesia tetap kuat terlepas dari ketidakpastian global, dengan pertumbuhan yang diharapkan akan baik pada tahun ini," kata dia dalam Asian Development Outlook (ADO) di Jakarta, Selasa (26/9/2017).

Dia menambahkan, pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh infrastruktur dan investasi swasta. Belanja pemerintah akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi di paruh kedua 2017.

Investasi swasta diperkirakan akan meningkat perlahan seiring dengan mulai terlihatnya dampak dari reformasi kebijakan guna memperbaiki iklim usaha. Hal itu ditambah dengan keputusan Standard & Poor’s yang menaikkan peringkat Indonesia ke investment grade. Hal ini diharapkan mempercepat arus modal masuk termasuk investasi langsung.

Bukan hanya itu, pertumbuhan kredit akan membaik secara bertahap. Hal ini menyusul pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI).

Kebijakan fiskal masih tetap menopang pertumbuhan. Perubahan anggaran menghasilkan belanja total yang lebih tinggi, terutama dengan alokasi yang lebih besar bagi infrastruktur publik, kesehatan, dan pendidikan.

Dia menerangkan, meskipun pemerintah mengurangi subsidi energi dan berimbas pada kenaikan harga listrik, pengeluaran rumah tangga masih tetap kuat. Keyakinan konsumen masih baik berkat rupiah stabil, sehingga diharapkan inflasi lebih terkendali

Sektor perdagangan Indonesia belum dapat diandalkan, mengingat tidak meratanya tingkat pemulihan dan pertumbuhan mitra dagang Indonesia.

"Risiko terhadap proyeksi ini bergantung pada perkembangan upaya pemerintah dalam memobilisasi penerimaan pajak, harga komoditas global, dan ketidakpastian kebijakan di negara-negara maju," kata Winfried Wicklein.

Tonton Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya