Kenaikan Uang Kuliah Sampai Rokok Penyebab Inflasi 0,13 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi September 2017 sebesar 0,13 persen.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 02 Okt 2017, 14:00 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2017, 14:00 WIB
Inflasi
Ilustrasi Inflasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi September 2017 sebesar 0,13 persen. Penyebabnya mulai dari kenaikan harga jual beberapa komoditas pangan, kenaikan uang kuliah dan SPP, sampai peningkatan harga emas maupun kenaikan harga rokok kretek di periode tersebut.

"Inflasi September ini 0,13 persen terkendali. Lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu dengan inflasi 0,22 persen. Tapi lebih tinggi dibanding September 2015, deflasi 0,05 persen," kata Kepala BPS, Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk, di kantornya, Jakarta, Senin (2/10/2017).

‎Dibanding Juli 2017 yang terjadi deflasi 0,07 persen, inflasi di September 2017 sebesar 0,13 persen lebih tinggi. Kecuk menambahkan, inflasi September ini terkendali karena ada beberapa bahan pangan yang mengalami penurunan harga, tetapi ada juga yang terkerek naik.

Berikut penyebab inflasi di September 2017 sebesar 0,13 persen, antara lain:

1. Bahan makanan menyumbang deflasi 0,53 persen dengan andil deflasi 0,11 persen.

- Harga bahan pangan yang turun, yakni bawang merah, tercatat turun harga tajam, sehingga memberi andil deflasi 0,04 persen.

- Daging ayam ras dan bawang putih memberi andil deflasi masing-masing 0,03 persen.

- Telur ayam ras dan cabai rawit, tomat sayur, masing-masing andil deflasi 0,02 persen.

- Beberapa komoditas bayam, kangkung, semangka memberi andil deflasi masing-masing 0,01 persen.

Sebaliknya ada beberapa komoditas yang perlu diwaspadai karena mengalami kenaikan harga tipis:

- Cabai merah memberi andil inflasi 0,03 persen.

- Beras andil inflasi 0,04 persen dan,

- Ikan segar, pepaya, dan garam masing-masing memberi andil inflasi 0,01 persen.

2. Makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau tercatat menyumbang inflasi 0,34 persen dengan andil ke inflasi 0,06 persen‎.

- Harga bubur, mi, nasi dan lauk pauk, rokok kretek dan rokok kretek filter menyumbang andil inflasi masing-masing 0,01 persen.

3. Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar menyumbang inflasi 0,21 persen. Andilnya terhadap inflasi September 0,05 persen.

- Kenaikan harga besi beton, harga kontrak rumah, upah pembantu rumah tangga yang masing-masing andil inflasinya 0,01 persen‎.

 

Selanjutnya

4. Sandang memberi sumbangan inflasi‎ 0,52 persen, andilnya 0,03 persen.

- Didominasi pergerakan harga emas di pasar internasional sehingga berpengaruh ke inflasi dengan andil 0,02 persen‎.

5. Kesehatan menyumbang inflasi 0,16 persen, dan andil inflasi 0,01 persen.

6. Pendidikan, rekreasi, dan olahraga sumbangan inflasi 1,03 persen dan andil inflasi 0,08 persen.

- Paling tinggi memberi andil inflasi adalah kenaikan uang kuliah untuk akademi dan Perguruan Tinggi sebesar 0,04 persen, kenaikan uang sekolah SD, SMP, dan SMA dengan andil inflasi masing-masing 0,01 persen, serta kenaikan tarif rekreasi.

"Habis ini uang kuliah dan uang SPP ini tidak akan ada dampaknya lagi. Karena sudah berdampak di Agustus dan September," tutur Kecuk.

7. Transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan inflasi 0,02 persen dan andil 0,01 persen.

Sementara dari harga yang diatur pemerintah (administered prices), Kecuk bilang yang mengalami kenaikan tarif di September dan menjadi penyumbang inflasi, adalah harga rokok kretek dan kretek filter masing-masing andilnya 0,01 persen, kenaikan tarif tol di Bogor dan Jakarta dengan andil 0,004 persen, dan kenaikan bahan bakar rumah tangga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya