Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesia Asahan Aluminium Persero (Inalum) mengklarifikasi soal kepindahan fasilitas produksi dari Kuala Tanjung, Sumatera Utara ke Kalimantan Utara (Kaltara). Kabar kepindahan tersebut sebelumnya disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Direktur Operasi dan Pengembangan Bisnis Inalum Sahala Hasoloan Sijabat mengatakan, munculnya kabar tersebut terjadi saat Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Tanjung Selor, Kalimantan Utara. Di acara penyerahan Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Program Keluarga Harapan (PKH), Inalum menjadi salah satu perusahaan yang membuka gerai (booth).
"Di situ ada 20 booth, tapi yang BUMN cuma dua, yaitu Wika dan Inalum. Awalnya Pak Jokowi tidak dijadwalkan untuk keliling booth, hanya Ibu Negara saja. Tapi Pak Johan Budi (Juru Bicara Presiden) datang ke booth Inalum, beliau lihat-lihat, kemudian beliau bisik-bisik ke Pak Jokowi," ujar dia di Kantor Inalum, Jakarta, Jumat (13/10/2017).
Advertisement
Baca Juga
Setelah diberitahu jika ada booth milik BUMN di acara tersebut, lanjut Sahala, maka Pak Jokowi tiba-tiba mendatangi booth Inalum dan berbincang dirinya.
"Saya jelaskan bahwa kita mau mengembangkan pabrik ke dari Kuala Tanjung yang (kapasitas) 500 ribu ton. Tahap pertama dikembangkan di Kalimantan Utara 500 ribu ton. Nanti (meningkat) jadi 1,5 juta ton," jelas dia.
Sahala menjelaskan, sebenarnya yang akan dilakukan Inalum bukan memindahkan pabrik, tetapi melakukan ekspansi ke Kalimantan Utara.Namun fasilitas produksi yang ada di Kuala Tanjung hari ini tetap dipertahankan dan beroperasi.
"Jadi bukan itu, kita ini akan tambah tiga kali lipat produksinya. Kan dari 500 ribu ton, menjadi 1,5 juta ton," tandas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Gandeng Pertamina
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) akan membuat perusahaan patungan (joint venture) untuk menghasilkan produk Calcined Coke (CPC).
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan, sebenarnya pembentukan perusahaan patungan ini sudah direncanakan sejak lama, tapi sampai saat ini belum terwujud.
"Sudah tiga tahun saya di sini enggak kelar-kelar (kerja samanya). Sampai pernah saya kepikiran, kalau perlu saya tongkrongin Pertamina. Jadi, nanti sore kita tuntaskan pembuatan usaha patungan (joint venture)-nya," kata Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno di Kementerian BUMN.
Rini menuturkan, nantinya Pertamina menjadi pemilik saham mayoritas di perusahaan patungan ini dengan porsi kepemilikan sebesar 75 persen, sementara Inalum hanya 25 persen.
Rencananya, Rini bersama dengan Pertamina dan Inalum akan menyelesaikan rencana yang sudah lama ini, hingga dilanjutkan dengan konstruksi proyek.
"Mengapa sinergi ini sangat penting? Tujuannya untuk mempercepat investasi yang ada di Pertamina dan Inalum," ujar dia.Seperti diketahui, CPC merupakan salah satu komponen pendukung dalam proses pengolahan smelter, dan diperkirakan membutuhkan dana investasi sebesar US$ 30 juta untuk membangun pabrik tersebut. Rencananya, pabrik ini dibangun di Dumai, Riau.
Advertisement