Saham Teknologi Turut Seret Bursa Asia Turun

Penurunan saham teknologi diprediksi akibat kekhawatiran terhadap laporan Morgan Stanley pada awal pekan ini.

oleh Nurmayanti diperbarui 30 Nov 2017, 08:47 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2017, 08:47 WIB
Bursa Saham Asia
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Jakarta Bursa Asia jatuh terbebani anjloknya saham perusahaan teknologi. Beberapa orang menganggap ini sebagai koreksi usai pasar saham melaju tinggi, namun beberapa justru percaya ini menjadi tanda adanya aksi berlebihan yang mendorong sektor ini.

Melansir laman Reuters, Kamis (30/11/2017), indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,5 persen. Dengan saham Samsung Electronics melemah 3 persen, level terendah dalam dua bulan.

Adapun indeks Nikkei Jepang turun 0,3 persen, dipimpin penurunan saham Sony, Murata dan saham teknologi lainnya. Anjloknya saham perusahaan teknologi di Asia, juga imbas dari perusahaan teknologi di Amerika Serikat (AS).

Tercatat, Nasdaq Composite turun 1,27 persen karena investor beralih ke sektor keuangan dan sektor lainnya. Nasdaq turun saat indeks  S&P 500 mendatar dan Dow Jones Industrial Average menguat 0,44 persen.

Di Amerika, sama teknologi yang anjlok antara lain milik Amazon.com (AMZN.O), Apple (AAPL.O), alfabet induk Google (GOOGL.O) dan Facebook (FB.O) yang turun antara 2 persen dan 4 persen. Tertinggi, saham Netflix (NFLX.O) turun 5,5 persen.

Penurunan ini diprediksi akibat kekhawatiran terhadap laporan Morgan Stanley pada awal pekan ini, bahwa permintaan memori flash NAND, komponen kunci dalam berbagai produk berteknologi tinggi, mungkin telah mencapai puncaknya.

Beberapa pelaku pasar mengatakan, koreksi saham teknologi itu tidak mengherankan mengingat kuatnya laju kinerja mereka tahun ini. Indeks Nasdaq masih naik 26,8 persen sepanjang tahun ini, lebih dari 9 persen poin di atas kenaikan indeks S&P.

"Koreksi skala ini telah terjadi berkali-kali di masa lalu. Melihat prospek solid dari banyak perusahaan teknologi yang tinggi dan nilai valuasi yang layak, saya tidak berpikir ini saatnya untuk khawatir," kata Mutsumi Kagawa, Kepala Strategi Global  Rakuten Securities.

 

Mata Uang dan Imbal Hasil Obligasi

Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS serta dolar kembali terdorong, seiring laporan pertumbuhan PDB AS di kuartal ketiga yang direvisi naik menjadi 3,3 persen dari perkiraan awal 3,0 persen.

Itu adalah pertumbuhan tercepat dalam tiga tahun, meskipun para ekonom mencatat bahwa persediaan, barang yang harus dijual, menyumbang hampir seperempat dari pertumbuhan PDB.

Terkait pajak, Senat AS tengah menuju kesepakatan undang-undang pajak yang merupakan prioritas tertinggi di Gedung Putih, yang akan ditetapkan melalui pemungutan suara di akhir pekan ini.

Tapi tetap tidak jelas apakah RUU tersebut memiliki cukup dukungan dari Partai Republik untuk menjadi undang-undang.

Imbal hasil obligasi 10 tahun naik menjadi 2,388 persen, mendekati level tertinggi bulan ini sebesar 2,414 persen.

Mata uang Euro diperdagangkan pada US$ 1,1851, cukup stabil di awal perdagangan. Angka ini turun usai mencapai level tertinggi dalam dua bulan di posisi US$ 1,1961 pada hari Senin.

Dolar juga menguat menjadi 112,00 yen, dari titik terendah sepuluh minggu 110,85 yen.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya