Liputan6.com, Jakarta Industri sawit Indonesia mencatatkan kinerja yang baik pada 2017. Bahkan, nilai sumbangan devisa minyak sawit meningkat seiring kenaikan volume ekspor dan harga yang cukup baik.
Pada 2017, nilai ekspor minyak sawit Indonesia menembus US$ 22,97 miliar, naik 26 persen dibandingkan 2016 yang hanya mencapai US$ 18,22 miliar.
"Nilai ekspor minyak sawit tahun 2017 ini merupakan nilai tertinggi yang pernah dicapai sepanjang sejarah ekspor minyak sawit Indonesia. Pada 2017, hampir semua negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia mencatatkan kenaikan permintaan minyak sawitnya," ujar Sekjen GAPKI Togar Sitanggang di kantornya, Selasa (30/1/2018).
Advertisement
Baca Juga
India mencatatkan kenaikan permintaan yang signifikan baik secara volume maupun persentase. Permintaan dari India misalnya, menembus 7,63 juta ton atau naik 1,84 juta ton atau naik 32 persen dibandingkan dengan tahun 2016 di mana total permintaan sebesar 5,78 juta ton.Â
Berdasarkan data olahan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), produksi CPO pada 2017 mencapai 38,17 juta ton dan PKO sebesar 3,05 juta ton sehingga total keseluruhan produksi minyak sawit Indonesia adalah 41,98 juta ton.
Angka ini menunjukkan peningkatan produksi sebesar 18 persen jika dibandingkan dengan produksi pada 2016 mencapai 35,57 juta ton yang terdiri dari CPO 32,52 juta ton dan PKO 3,05 juta ton.
"Sementara itu stok minyak sawit Indonesia pada akhir 2017 adalah 4,02 juta ton," kataÂ
Sementara itu harga rata-rata CPO tercatat US$ 714,3 per metrik ton atau meningkat 2 persen dibandingkan dengan harga rata-rata pada2016, yaitu US$ 700,4 per metrik ton.
Data yang diolah GAPKIÂ berasal berbagai sumber, seperti Kementerian ESDM, Kementan, Kemenperin, BPS, GAPKI, APROBI, GIMNI, APOLIN, AIMMI dan BPDPKS.
Namun ekspor minyak sawit Indonesia (CPO dan turunannya) tidak termasuk biodiesel dan oleochemical pada 2017 yang meningkat cukup signifikan, mencapai 23 persen atau dari 25,11 juta ton pada 2016 menjadi 31,05 juta ton di 2017.
Â
Diplomasi Dagang Cara Efektif Lawan Kampanye Hitam Sawit
Salah satu jalan keluar yang dinilai paling efektif untuk mencegah dampak kampanye hitam sawit Indonesia adalah negosiasi dagang. Hal ini dikemukakan oleh Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk, Santosa dalam press gathering bertajuk Prosper with the Nation yang digelar di Kota Batu, Jawa Timur.
Menurut Santosa, untuk mengatasi dampak kampanye hitam kelapa sawit di Indonesia, pemerintah harus meningkatkan diplomasi dagang. Terutama yang datang dari negara-negara Eropa.
"Hanya negosiasi dagang baik secara global maupun unilateral yang merupakan jalan keluar paling efektif dan beradab dalam mencegah dampak kampanye hitam sawit Indonesia dalam perdagangan minyak sawit ke depan," ujarnya seperti ditulis, Jumat (26/1/2018).
Sementara itu, Santosa mengaku sangat senang karena para pejabat tinggi negara, yaitu mulai dari Presiden Joko Widodo, Menko Kemaritiman, Menko Perekonomian, Menteri Luar Negeri, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian sudah satu suara positif saat berbicara mengenai kelapa sawit.
"Bahkan Menteri Luar Negeri sendiri turut angkat bicara tentang sawit di Indonesia. Ini merupakan sebuah hal yang luar biasa bagi kami para pelaku bisnis sawit dan berharap suara-suara positif tersebut ditindaklanjuti dengan aksi-aksi diplomasi intensif untuk melindungi eksistensi sawit Indonesia di pasar global," ujarnya.
Advertisement