PHE Serahkan Pengelolaan Lapangan Sukowati ke Pertamina EP

Lokasi lapangan Sukowati dekat dengan ladang minyak Pertamina EP yang berada di Cepu, Kabupaten Blora.

oleh Nurmayanti diperbarui 14 Feb 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2018, 19:00 WIB
Kesempatan Pengusaha Daerah Ikut Bisnis Hulu Migas Makin Luas
SKK Migas telah memberikan kesempatan kepada perusahaan daerah untuk ikut terlibat dalam penyediaan barang dan jasa di industri hulu migas.

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu minyak dan gas bumi mendukung PT Pertamina EP untuk mengelola dan menjadi operator Lapangan Sukowati di Blok Tuban, Jawa Timur.

PHE selanjutnya telah menyiapkan strategi khusus untuk bisa mengelola Blok Tuban yang sudah diserahkan Pertamina kepada PHE tanpa Lapangan Sukowati.

“Kami masih ada Mudi, Sumber, lalu Lengowangi. Kami akan kembangkan struktur lain yang masih nonaktif,” kata Presiden Direktur PT Pertamina Hulu Energi R Gunung Sardjono Hadi, Rabu (14/2/2018).

Dia mengaku PHE sudah memberikan surat resmi kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait pengembalian dan pemindahan operatorship Lapangan Sukowati yang berada di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur itu kepada Pertamina EP.

Direktur Pengembangan PHE Afif Saifudin menilai Pertamina EP lebih pas menjadi pengelola sekaligus operator lapangan Sukowati. Pasalnya, di lapangan unitisasi tersebut porsi Pertamina EP mencapai 80 persen, sedangkan Joint Operating Body (JOB) Pertamina PetroChina East Java (PPEC), yang menjadi operator Blok Tuban sebelum terminasi 28 Februari 2018, memiliki porsi 20 persen di Sukowati.

“Dari 20 persen itu, porsi kami 75 persen dan PetroChina 25 persen. Setelah terminasi, kami punya 100 persendi 20 persen porsi kami tersebut,” jelas dia.

Afif mengatakan Pertamina EP sebagai pemilik porsi terbesar di Sukowati layak menjadi operator di lapangan tersebut. Apalagi lokasi lapangan tersebut dekat dengan ladang minyak Pertamina EP yang berada di Cepu, Kabupaten Blora. “Fasilitas produksi juga tak masalah. Di Tuban juga ada, di Sukowati ada,” kata dia.

Gunung mengatakan, setelah memberikan pengelolaan lapangan Sukowati ke PEP, perusahaan akan mengintegrasikan Blok Tuban dengan Blok Randugunting di sekitar Jepara/Rembang, Jawa Tengah.

Jika rencana tersebut bisa direalisasikan, lanjut Gunung, akan terjadi efisiensi pengelolaan. Apalagi Lapangan Randugunting sukses menemukan potensi gas yang bagus.

“Rencana integrasi tersebut dipastikan membuat pengelolaan Blok Tuban dan Randugunting akan lebih efisien,” dia menuturkan.

 

Pertamina Hulu Energi Incar Pendapatan US$ 1,97 Miliar pada 2018

PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu minyak dan gas bumi, mencatatkan kinerja operasi produksi positif sepanjang 2017 dibandingkan 2016.

Hal ini ditunjukkan dengan produksi minyak yang naik menjadi 69,3 ribu barel per hari (BPH) dari proyeksi 64,5 ribu BPH pada 2017. Pencapaian produksi ini juga lebih baik dibandingkan 2016 yang tercatat 62,588 BPH.

Sementara itu, produksi gas PHE pada 2017 turun dari target 768,5 juta standar kaki kubik per hari (MMScfd) hanya tercapai 723,5 MMScfd. Namun, produksi gas PHE pada 2017 naik tipis dibandingkan realisasi 201 yang tercatat 722 MMScfd.

"PHE ONWJ (Offshore North West Java) masih memberi kontribusi terbesar, disusul PHE WMO (West Madura Offshore), JOB Pertamina Tomori, dan Coridor," ujar Presiden Direktur PT Pertamina Hulu Energi R Gunung Sardjono Hadi di Jakarta, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (14/2/2018).

Tahun ini, PHE memproyeksikan produksi minyak sebesar 70.407 BPH dan gas 771,07 MMSCfd. Sementara lifting minyak ditargetkan 68,08 ribu BPH dan gas 589 MMScfd.

Gunung mengatakan, kinerja positif sektor produksi PHE berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Hal itu terbukti dari capaian pendapatan dan laba bersih yang naik masing-masing 30 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya.

Pendapatan usaha PHE sepanjang 2017 (audited) mencapai US$ 1,99 miliar. Realisasi pendapatan ini naik dibandingkan realisasi 2016 yang hanya US$ 1,5 miliar. Sementara itu, laba bersih 2017 sebesar US$ 259,88 juta, naik dibandingkan 2016 yang hanya US$ 191 juta.

Gunung mengatakan, pencapaian pendapatan usaha tahun lalu 112 persen dari target dalam rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) sebesar US$ 1,778 miliar atau 106 persen dari target revisi RKAP yang tercatat US$ 1,89 miliar. "Untuk 2018, kami memproyeksikan pendapatan usaha US$ 1,97 miliar," ujar dia.

Adapun laba bersih perseroan tahun lalu tercatat 165 persen dari RKAP sebesar US$ 151,78 juta dan 148 persen dari RKAP revisi sebesar US$ 170 juta. Sedangkan target laba bersih tahun ini diproyeksikan US$ 211,2 juta.

Gunung juga menjelaskan, anggaran biaya operasi (ABO) dan anggaran biaya investasi (ABI) perseroan tahun lalu juga meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada 2017, ABO Pertamina Hulu Energi mencapai US$ 858,29 juta, naik dibandingkan realisasi 2016 sebesar US$ 649,58 juta. Adapun ABI tercatat US$ 488,11 juta, lebih tinggi dibandingkan ABI 2016 yang mencapai US$ 300,31 juta.

"Untuk tahun ini, ABO kami proyeksikan US$ 1,07 miliar dan ABI sebesar US$ 53,54 juta," kata dia.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya