Alasan Deposito Tumbuh Lambat pada Februari 2018

Bank Indonesia (BI) mencatat simpanan berjangka berdasarkan golongan nasabah mencapai Rp 2.281,2 triliun pada Februari 2018.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Apr 2018, 08:15 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2018, 08:15 WIB
Suku Bank Bank
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 8,2 persen menjadi Rp 5.106,2 triliun pada Februari 2018. Angka pertumbuhan itu lebih rendah dari Januari sebesar 8,5 persen.

Perlambatan DPK itu bersumber dari DPK berdenominasi rupiah terutama pada jenis simpanan berjangka atau deposito yang tercatat tumbuh 6,6 persen menjadi Rp 1.938,2 triliun pada Februari 2018 dari periode Januari 2018 sebesar Rp 2.002 triliun. Pertumbuhan DPK tersebut mencapai 8,2 persen.

BI mencatatkan perlambatan pertumbuhan simpanan berjangka itu sejalan dengan penurunan suku bunga simpanan berjangka untuk seluruh tenor pada Februari 2018.

Suku bunga simpanan berjangka bertenor 1,3,6,12 dan 24 bulan Februari masing-masing tercatat 5,65 persen, 5,97 persen, 6,4 persen, 6,56 persen dan 6,73 persen.

Oleh karena itu, simpanan berjangka tumbuh melambat dari 8 persen menjadi 5,9 persen pada Februari 2018. Tercatat simpanan berjangka berdasarkan golongan nasabah mencapai Rp 2.281,2 triliun pada Februari 2018 dari posisi Januari 2018 sebesar Rp 2.300,5 triliun.

Hal itu bersumber dari penurunan simpanan berjangka perseorangan terutama di DKI Jakarta dan Jawa Timur. Sedangkan simpanan berjanga korporasi melambat di DKI Jakarta dan Sumatera Utara.

Ekonom BCA David Sumual menuturkan, meski deposito tumbuh melambat, namun giro dan tabungan menunjukkan pertumbuhan. Hal itu menunjukkan ada sinyal ekonomi menguat. Selain itu, suku bunga cenderung turun juga pengaruhi masyarakat.

Berdasarkan data BI, giro dan tabungan masing-masing tumbuh 9,4 persen dan 10,7 persen year on year (YoY) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,9 persen dan 10,4 persen (YoY).

 "Sinyal positif dengan ada pertumbuhan giro dan tabungan jadi siap dipakai. Pada 2016 hingga 2017 pertumbuhan deposito naik. Jadi masyarakat melihat opportunity ekonomi membaik,” ujar David saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (11/4/2018).

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Selanjutnya

Suku Bank Bank
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Ia menuturkan, bila ada sinyal ekonomi positif sehingga perusahaan dan masyarakat dapat ekspansi usaha dengan beli mesin, tanah, dan lainnya.

Sementara itu, Ekonom PT Bank Permata Tbk Joshua Pardede menilai, tren suku bunga turun sejak 2016 turut mempengaruhi dana di deposito turun.

Joshua menilai, nasabah mungkin memindahkan dana dari deposito berdenominasi rupiah ke dolar. Apalagi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga. Sementara itu, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) turun dari 5,50 persen pada 21 April 2016 menjadi 4,25 persen pada 22 Maret 2018.

Selain itu, pada kuartal I 2018, Joshua mengatakan, korporasi dan individu harus membayar pajak dan dividen. Selain itu, kemungkinan nasabah melihat situasi mengingat pasar keuangan dari obligasi dan saham bergejolak.  “Dana deposito untuk bayar pajak dan dividen terutama pada kuartal I,” kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya