The Fed Yakin Pertumbuhan Ekonomi AS, Harga Minyak Menguat

Hasil pertemuan the Federal Reserve dan potensi Iran kembali diberikan sanksi oleh Amerika Serikat bayangi harga minyak.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Mei 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2018, 06:00 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak sedikit menguat usai pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve mempertahankan suku bunga. The Federal Reserve juga yakin inflasi menguat akan berlanjut.

Harga minyak Brent untuk pengiriman Juli naik 23 sen menjadi USD 73,36 per barel. Sementara itu, harga minyak West TexasIntermediate mendaki 68 sen atau USD 67,93 per barel.

Hasil pertemuan the Federal Reserve pengaruhi laju harga minyak. Pejabat the Federal Reserve mengecilkanperlambatan pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja baru-baru ini.

Namun, pejabat the Federal Reserve mengatakan kalau rata-rata aktivitas ekonomi dan tenaga kerja menguat dalam beberapa bulan terakhir.Permintaan minyak erat terkait dengan indikator pertumbuhan ekonomi.

Pada awal sesi, pasar mengabaikan hasil temuan mengejutkan mengenai persediaan minyak mentah AS. Stok minyak mentah AS tercatat 6,2 juta barel dalam seminggu. Hal itu berdasarkan data the USD Energy Information Administration. Hampir lima juta barel minyak ada di Pantai Barat.

"Ini sebabnya pasar tidak bereaksi banyak karena kadang-kadang jumlah minyakdi West Coast tidak menentu. Biasanya Anda mendapatkan temuan stok minyak di West Coast kemudian diikuti aksi penarikan pada minggu depan," ujar Phil Flynn, Analis Price Futures Group,seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (3/5/2018).

 

Kondisi Iran Pengaruhi Harga Minyak

20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Sementara itu, Iran, anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) kembali munculsebagai negara pengekspor minyak utama usai beberapa sanksi internasional terhadap Teherandicabut sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir Iran.

Amerika Serikat (AS) mempertanyakan ketulusan Iran menerapkan pembatasan nuklir. Presiden ASDonald Trump mengancam akan kembali terapkan sanksi jika tidak dibuat penyesuaian perjanjian.

Adapun ekspor minyak Iran mencapai 2,6 juta barel per hari pada April. Hal itu berdasarkan data Kementerian Energi.Angka ekspor tersebut sebuah rekor sejak pencabutan sanksi. China dan India menjadi pembeli terbesar.

"Harapan AS akan memberi sanksi ringan yang menyebabkan Iran menjual sebanyak yang bisa," ujar Analis Petromatrix,Olivier Jacob.

Trump akan memutuskan pada 12 Mei apakah akan kembalikan sanksi AS terhadap Iran. Ini kemungkinan mengurangi eksporminyak Iran.

"Jika Trump meninggalkan kesepakatan, ini dapat berisiko terhadap lonjakan harga minyak global.Sanksi AS dapat menghilangkan pasokan 300 ribu hingga 500 ribu barel per hari minyak Iran dari pasokanglobal," ujar Ole Hansen, Kepala Strategis Komoditas Saxo Bank.

Akan tetapi, meningkatnya indeks dolar AS sejak pertengahan April dan melonjaknya pasokan AS juga mendorongkenaikan harga minyak.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya