Sri Mulyani: Kenaikan Impor Barang Konsumsi Hanya Sementara

Menkeu Sri Mulyani Indrawati berharap peningkatan impor barang konsumsi hanya musiman.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Mei 2018, 18:45 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2018, 18:45 WIB
(Foto: Liputan6.com/Fiki A)
Menteri Keuangan Sri Mulyani

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada April 2018 mengalami defisit sebesar USD 1,63 miliar. Angka ini meningkat 34,6 persen apabila dibandingkan dengan impor tahun lalu. Impor barang konsumsi naik sebesar 25,80 persen yang didominasi oleh impor beras dan daging beku. Sedangkan sektor barang baku impor naik 10,73 persen.

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati berharap peningkatan impor konsumsi hanya terjadi sementara atau musiman, mengingat Indonesia akan menghadapi berbagai kegiatan besar seperti masa puasa 2018 dan beberapa kegiatan internasional.

"Untuk komoditas konsumsi yang cukup tinggi, saya harap ini sifatnya seasonal. Artinya, ini hanya mendekati Lebaran, puasa dan mungkin berbagai event internasional," ujarnya saat ditemui di Hotel Shangrila, Jakarta, Selasa (15/5/2018).

Sri Mulyani menambahkan, ke depan pemerintah berharap peningkatan impor komsumsi dapat diimbangi dengan peningkatan ekspor dari seluruh sektor.

"Saya berharap itu (impor konsumsi) bisa di offside atau bisa dikompensasi dengan ekspor kita yang lebih meningkat," jelasnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia April 2018 mengalami defisit sebesar USD 1,63 miliar. Di mana hal ini dipicu oleh defisit sektor migas USD 1,13 miliar dan nonmigas sebesar USD 0,50 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan defisit ini terjadi di luar ekspektasi. Sebab, neraca perdagangan pada Maret 2018 sempat mengalami surplus USD 1,09 miliar. Dia menuturkan defisit ini karena adanya peningkatan impor yang sangat tinggi.

"Saya kira ini yang perlu jadikan perhatian defisit migas dan juga nonmigas," ujarnya.

 

Reporter : Anggun P. Situmorang

Sumber : Merdeka.com

BPS: Impor RI Naik 11,28 Persen pada April 2018

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia April 2018 mencapai USD 16,09 miliar atau naik 11,28 persen dibanding Maret 2018. Jika dibandingkan April 2017, impor juga meningkat 34,68 persen.

Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan impor nonmigas April 2018 mencapai USD 13,77 miliar atau naik 12,68 persen dibanding Maret 2018. Sementara jika dibanding April 2017 meningkat 36,69 persen.

"Impor migas April 2018 mencapai USD 2,32 miliar atau naik 40,89 persen dibanding Maret 2018, dan naik 40,89 persen dibanding April 2017," ujar dia di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (15/5/2018).

Peningkatan impor nonmigas terbesar April 2018 dibanding Maret 2018 adalah golongan mesin dan peralatan listrik USD 315,37 juta (20,87 persen). Adapun penurunan terbesar adalah golongan kapal laut dan bangunan terapung sebesar USD 47,7 juta (36,55 persen).

Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-April 2018 ditempati oleh Tiongkok dengan nilai USD 13,92 miliar (27,28 persen), Jepang USD 5,98 miliar (11,72 persen), dan Thailand USD 3,45 miliar (66,77 persen).

"Impor nonmigas dari ASEAN 20,50 persen, sementara dari Uni Eropa 9,21 persen,” kata dia.

Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku dan penolong dan barang modal selama Januari-April 2018 meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 26,09 persen, 21,86 persen, dan 31,04 persen.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya