OPEC dan Rusia Bakal Dongkrak Produksi Bikin Harga Minyak Merosot

Harga minyak turun lebih dari USD 2 per barel seiring Arab Saudi dan Rusia membahas pengurangan pemangkasan produksi.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Mei 2018, 05:33 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2018, 05:33 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, New York - Harga minyak turun lebih dari USD 2 per barel seiring Arab Saudi dan Rusia membahas pengurangan pemangkasan produksi yang membantu dorong harga minyak ke level tertinggi sejak 2014.

Harga minyak berjangka Brent turun USD 2,35 atau tiga persen ke posisi USD 76,44 per barel. Pada pekan ini, harga minyak acuan tersebut turun 2,7 persen. Penurunan mingguan itu terbesar sejak awal April.

Pada pekan lalu, harga minyak Brent sempat sentuh posisi USD 80,50.Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) susut USD 2,83 atau empat persen menjadi USD 67,88 per barel.

Selama sepekan, harga minyak WTI tergelincir 4,9 persen, dan penurunan terbesar sejak awal Februari.Diskon harga minyak WTI dan Brent mencapai USD 8,6 per barel, merupakan terlebar sejak 17 Mei.

Sentimen lainnya pengaruhi harga minyak yaitu, para menteri energi Arab Saudi dan Rusia bertemu di St. Petersburg untuk meninjau kembali fakta pasokan minyak global yang berlangsung selama 17 bulan menjelang pertemuan penting OPEC di Wina pada Juni.

 

Menanti Pertemuan OPEC

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Menurut sumber Reuters, para menteri bersama rekan dari Uni Emirat Arab membahas peningkatan produksi sekitar satu juta barel per hari.Menteri Energi Rusia mengatakan, menteri energi dari negara OPEC dan non OPEC berpartisipasi dalam kesepakatan untuk memangkas produksi kemungkinan memutuskan secara bertahap mengurangi pembatasan minyak pada pertemuan di Wina.

"Setelah mencapai level USD 80 merupakan level psikologis. Kami melihat sedikit kemunduran kemarin, dan kemudian retorika dari Saudi dan Rusia hanya perburuk aksi jual hari ini,” ujar Matt Smith, Direktur ClipperData, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (26/5/2018).

Persediaan minyak mentah global jatuh pada tahun lalu karena pemangkasan yang dipimpin OPEC yang didorong penurunan dramatis dalam produksi Venezuela.

Prospek sanksi baru terhadap Iran setelah Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional dengan Teheran lebih lanjut mendukung harga minyak dalam beberapa pekan terakhir

.Pergerakan harga minyak juga dibayangi produksi minyak mentah AS. Pada Februari, produksi minyak AS mencapai 10,3 juta barel per hari, dan itu merupakan rekor. Jumlah rig minyak naik 15 menjadi 859 selama sepekan hingga 25 Mei.

Hal itu tertinggi sejak Maret 2015. Para hedge fund manager meningkatkan taruhan terhadap peningkatan harga minyak dalam beberapa pekan terakhir.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya