IKT Berambisi Masuk Daftar Operator Terminal Pelabuhan Terbesar di Dunia

PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IKT) atau IPC Car Terminal berambisi untuk menjadi lima besar operator terminal pelabuhan di dunia pada 2023.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 09 Jul 2018, 20:33 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2018, 20:33 WIB
Pelabuhan Terminal Pontianak
Suasana aktivitas di Terminal Pelabuhan Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (11/4). PT Pelindo II (Persero) hari ini mencanangkan pembangunan Pelabuhan Terminal Tanjung Pura (Terminal Kijing). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IKT) atau IPC Car Terminal berambisi untuk menjadi lima besar operator terminal pelabuhan di dunia pada 2023. Demi mencapai target tersebut, perseroan akan memperluas lahan kepemilikan sampai sekitar 89,5 hektare (ha).

Direktur Utama IKT Chiefy Adi Kusmargono menyebutkan, pihaknya akan berupaya memperluas lahan menjadi 89,5 ha sampai dengan akhir 2022.

"Posisi lahan yang kami miliki sekarang adalah 31 hektare, dengan kapasitas 700 ribu (unit kendaraan). Patimban kan nanti 600 ribu, kita akan kembangkan dalam 5 tahun ini. Soalnya lahan di sekitar IPC (Car Terminal) yang sekarang adalah milik IPC (Pelindo II) sebagai parents company kita. Secara bertahap akan kita bangun dari 31 hektare menjadi 89,5 hektare," urainya di Jakarta, Senin (9/7/2018).

Dengan pencaplokan lahan baru tersebut, ia melanjutkan, terminal pelabuhan yang IKT miliki nantinya bisa menambah daya tampung dari 700 ribu unit kendaraan menjadi 2,1 juta unit kendaraan.

Chiefy juga mengatakan, biaya perluasan lahan ini membutuhkan dana sekitar Rp 500 miliar untuk kurun waktu sedikitnya 5 tahun. Adapun dana itu terhitung kecil lantaran perluasan dilakukan dengan skema sewa, yakni dengan meminjam lahan milik induk perusahaan yakni PT Pelabuhan Indonesia II (Persero).

Selain untuk perluasan lahan, ia melanjutkan, ongkos itu pun akan dipakai demi perbaikan minor seperti pengerasan dan perapian lahan. "Karena industri di situ ada yang digunakan untuk penumpukan kontainer. Itu lahannya sudah dibeton, tinggal dirapihin saja. Terus ada yang untuk penumpukan curah cair, itu tinggal merapikan saja," ungkapnya.

Dia juga menyatakan, ini merupakan strategi IKT yang fokus pada kekuatan perusahaan dengan menyediakan layanan yang komplet kepada customer. "Soalnya di area kita itu ada penumpukan kontainer, dock, ada curah air, ada cart terminal," Chiefy menukaskan.

Saham Anak Usaha Pelindo II Melantai di BEI

Pelabuhan Terminal Pontianak
Aktivitas pekerja di Terminal Pelabuhan Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (11/4). PT Pelindo II (Persero) hari ini mencanangkan pembangunan Pelabuhan Terminal Tanjung Pura (Terminal Kijing). (Liputan6.com/Johan Tallo)

PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT) resmi melantai di bursa saham dengan mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Anak usaha PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) tersebut tercatat sebagai perusahaan ke-25 yang melantai di pasar modal tahun 2018.

IKT yang dikenal juga sebagai IPC Car Terminal menawarkan saham sebanyak-banyaknya 509.147.700 saham atau sebesar 28 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan. Adapun harga IPO ditetapkan pada Rp1.640 per saham.

Pada pembukaan perdagangan, saham IPCC naik 80 poin atau 4,88 persen ke level Rp 1.720 dari harga pembukaan Rp 1.640. aham IPCC ditransaksikan sebanyak 14 kali dengan volume sebanyak 6,31 lot dan menghasilkan nilai transaksi Rp1,09 miliar.

Direktur Utama IPCC, Chiefy Adi Kusmargono menyebutkan bahwa dari IPO ini perusahaan meraih dana segar sebanyak Rp 835 miliar.

Chiefy juga berkomitmen dalam lima tahun ke depan perseroaan akan mampu berkompetisi di kancah dunia. "Semoga lima tahun kemudian tahun 2023 akan menjadi lima besar terminal kendaraan car di dunia," kata dia di Gedung BEI, Jakarta, Senin (9/7/2018).

Adapun penggunaan dana sebesar 50 persen akan dipakai sebagai belanja modal dalam rangka pengembangan ekspansi usaha. Ini meliputi pengembangan terminal, perluasan lahan, mewujudkan IPCC Incorporated, serta penambahan kapasitas dan fasilitas serta peralatan pendukung.

"Sementara sebesar 25 persen sisanya untuk perpanjangan kontrak sewa lahan jangka panjang, dan sisanya 25 persen untuk modal kerja perseroan guna mendukung kegiatan operasional," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya