Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi bergerak di zona hijau pada perdagangan Rabu (18/7/2018) ini. Kepala Riset PT Narada Capital Kiswoyo Adi memprediksi IHSG menguat hari ini.
"Menguat ya, terutama karena besok juga laporan keuangan dari BNI dan juga BRI. Kisaranya di 5.800 sampai 6.000," tutur dia saat dihubungi Liputan6.com.
Advertisement
Baca Juga
Untuk sentimen eksternal seperti Bank Sentral Amerika (The FED), Kiswoyo mengatakan, IHSG belum terkena dampak yang signifikan.
"Saya rasa The FED belum begitu berdampak ya, karena sebenarnya lebih bergantung kepada indeks Dow Jones. Kalau Dow Jonesnya melemah, ihsg melemah dan begitu sebaliknya," tambah dia.
Analis PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Suryawijaya turut meramalkan IHSG menguat pada perdagangan saham. William memprediksi IHSG bakal di zona hijau di rentan 5.721-5.988.
Pada penutupan perdagangan saham Selasa 17 Juli 2018, IHSG melemah 43,65 poin atau 0,74 persen ke posisi 5.861
Pasca pelemahan IHSG, Kiswoyo merekomendasikan saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Astra International Tbk (ASII), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Medco Energi International Tbk (MEDC) dan juga PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP).
Kemudian diikuti William yang memilih saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), serta PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
Â
Â
Penutupan Kemarin
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah sepanjang perdagangan saham Selasa pekan ini. Aksi jual investor asing tekan IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (17/7/2018), IHSG melemah 43,65 poin atau 0,74 persen ke posisi 5.861,50. Indeks saham LQ45 susut 1,18 persen ke posisi 919,95. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.
Sebanyak 224 saham melemah sehingga membawa IHSG ke zona merah. Sedangkan 156 saham menguat dan 124 saham diam di tempat. Pada Selasa pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.884,80 dan terendah 5.840,93.
Baca Juga
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 354.012 kali dengan volume perdagangan saham 8,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,5 triliun. Investor asing jual saham Rp 415,64 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) di kisaran Rp 14.365.
Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham pertanian naik 0,09 persen, sektor saham konstruksi menanjak 0,87 persen dan sektor saham infrastruktur menguat 0,49 persen.
Sementara itu, sektor saham keuangan melemah 1,53 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham barang konsumsi susut 0,90 persen dan sektor saham manufaktur tergelincir 0,85 persen.
Saham-saham yang catatkan penguatan antara lain saham CANI naik 32,21 persen ke posisi Rp 214 per saham, saham TCPI melonjak 24,57 persen ke posisi Rp 1.090 per saham, dan saham OKAS mendaki 23,70 persen ke posisi Rp 334 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham TRUK susut 24,85 persen ke posisi Rp 496 per saham, saham CSIS tergelincir 24,75 persen ke posisi Rp 444 per saham, dan saham PTSN merosot 11,90 persen ke posisi Rp 222 per saham.
Sebagian besar bursa saham Asia tertekan kecuali indeks saham Jepang Nikkei menguat 0,44 persen dan indeks saham Singapura menanjak 0,22 persen.
Sementara itu, indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,25 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Kemudian indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,18 persen, indeks saham Thailand merosot 0,08 persen, indeks saham Shanghai susut 0,57 persen, dan indeks saham Taiwan susut 0,36 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, pelaku pasar global sepertinya masih wait and see dan akan amati testimoni Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell di depan kongres Amerika Serikat dan Komisi Jasa Keuangan DPR yang akan bahas terkait perang dagang terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS).
"Para pelaku pasar global berharap bahwa pernyataan the Fed itu akan memberikan petunjuk terkait dengan kebijakan moneter the Fed untuk menaikkan suku bunga acuan ke depannya," kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Seperti yang diketahui sebelumnya masih terdapat dua kali kesempatan lagi bagi the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga acuan pada 2018.
Â
Advertisement