Perang Dagang China-AS, RI Perlu Waspadai Ini

Kemendag menyatakan ada sejumlah hal yang harus diwaspadai dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

oleh Merdeka.com diperbarui 20 Jul 2018, 14:53 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2018, 14:53 WIB
Capai USD 15,09 Miliar, Ekspor Oktober Meningkat
Suasana bongkar muat di Jakarta International Contener Terminal (JICT),Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (16/11). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Oktober mencapai US$ 15,09 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan ada sejumlah hal yang harus diwaspadai dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Dirjen Perundingan Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Iman Pambagyo, menyatakan, salah satunya kemungkinan produk China yang diekspor ke AS beralih ke Indonesia untuk mengubah kemasan. Kemudian produk tersebut kembali dijual ke AS.

"Lalu hati-hati juga untuk hindari tarif tinggi di AS. Ada potensi sirkumvasi, produk dari China belok sebentar ke Indonesia, diganti packaging, diganti cat, kemudian dijual ke AS," ujar dia ketika ditemui, di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (20/7/2018).

"Itu terkait disiplin WTO. Kalau kita impor sesuatu dari negara lain yang dikenakan antidumping, lalu ganti bungkusnya dikirim ke negara yang penerapkan antidumping, kita yang kena. Yang kita lakukan tidak benar," kata dia.

Selain itu, produk China yang dikenai tarif tinggi oleh AS tentu akan mencari pasar lain, termasuk Indonesia. Hal ini pun harus diwaspadai.

"Yang harus diperhatikan itu trade diversion. Karena tidak bisa dijual ke AS, produk China akan cari pasar lain, begitu juga sebaliknya, termasuk ke Indonesia. Tapi juga negara-negara lain, kayak air saja, cari jalan untuk terus turun," kata Iman.

Iman menjelaskan, perang dagang AS-China akan berdampak  kecil pada Indonesia. Sebab, porsi Indonesia ke kedua negara untuk produk yang dikenakan kenaikan tarif masih kecil.

"China naikkan berapa pos tarif beberapa produk dari AS, kita lihat kontribusi kita terhadp produk AS yang diekspor ke cina dan dikenai tarif tinggi itu berapa besar, ternyata 0,0 persen. Sebaliknya juga dari AS ke China, ada inputnya dari Indonesia apa, 0,0 persen juga. Jadi kita lihat dampaknya secara langsung sangat minimal," ujar dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Hadapi Ancaman Perang Dagang, Mendag Imbau Warga Pakai Produk Dalam Negeri

Gaya Mendag Enggartiasto Lukita Saat Pemotretan
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat pemotretan dalam kunjungannya ke Kantor Liputan6 di SCTV Tower, Jakarta (4/5). Di Partai Nasdem, Enggartiasto dipercaya menjabat sebagai Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi melempar serangan pertama dalam perang dagang dengan memberlakukan tarif pada impor China. Tarif AS terhadap impor barang China senilai USD 34 miliar.

Trump juga mengancam akan mengenakan tarif tambahan menjadi USD 500 miliar jika China melawan dengan berupa pemberlakuan tarif balasan.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengaku tidak begitu khawatir terhadap dampak perang dagang yang dilakukan oleh kedua negara tersebut. Meski demikian, dirinya tetap mengantisipasi apabila hal itu dapat membahayakan bagi Indonesia ke depan.

"Berapa besar dampaknya? Dampak langsung tidak signifikan, sangat tidak signifikan kepada Indonesia. Tetapi bagaimana (dampak) ke depan pasti akan ada," kata Enggartiasto saat Konferensi Pers Kunjungan Kerja ke AS, di Kantornya, Jakarta, seperti ditulis Sabtu, 14 Juli 2018.

Enggartiasto mengatakan, apabila AS memberlakukan tarif pada impor barang China, otomatis China akan mencari pasar baru. Salah satu pasar yang potensial adalah Indonesia. Dengan begitu, dikhawatirkan produk produk asal negara tersebut akan banjiri Indonesia.

"Yaitu pertama secara sederhana produk produk RRT yang masuk ke Amerika dikenakan biaya tinggi maka dia pasti akan mencari pasar baru. Salah satu pasar yang potensial adalah Indonesia," ujar dia.

Oleh karena itu, Enggartiasto melanjutkan, untuk menyikapi hal tersebut salah satu upayanya adalah perlu meningkatkan kualitas dari produk dalam negeri.

"Kita tidak bisa untuk menghentikan tidak boleh masuk barang. Yang kita bisa lakukan lebih mengedukasi untuk kita pergunakan produk dalam negeri," kata dia.

Kemudian, dampak lain yang mungkin terjadi adalah pertumbuhan ekonomi dunia yang berpotensi melambat. Hal itu disebabkan kenaikan harga, sementara daya beli seluruh negara-negara akan tinggi.

"Perlambatan ekonomi itu secara keseluruhan circle-nya pasti akan kena itu satu point. Artinya satu tantangan lagi bagi kita untuk tetap mempertahankan kinerja ekspor kita di tengah situasi ekonomi yang melambat bisa berdampak terjadi perlambatan. Itu konsekuensi logis setiap terjadi kondisi-kondisi yang terjadi seperti ini," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya