Jasa Marga Jajaki Penerbitan Dinfra demi Perkuat Modal

Tahun 2018, Jasa Marga membutuhkan pendanaan antara Rp 50 triliun-60 triliun.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 27 Jul 2018, 11:05 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2018, 11:05 WIB
Direktur Utama PT Jasa Marga Desi Arryani
Direktur Utama PT Jasa Marga Desi Arryani (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta PT Jasa Marga (Persero) Tbk tengah mengkaji penerbitan skema pendanaan baru demi menambah modal perusahaan. Setelah beberapa waktu lalu Jasa Marga mengeluarkan Reksa Dana Penawaran Terbatas (RDPT) kini inovasi baru yang tengah dijajaki adalah penerbitan Dana Investasi Infrastruktur Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Dinfra).

Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani menjelaskan banyaknya proyek pembangunan jalan tol yang tengah dikerjakan menjadikan perseroan harus berinovasi demi menjaga margin keuangan perusahaan tetap sehat.

"Tahun lalu ada tiga. Sekuritisasi, project bound, dan global bound. Ketiganya satu hal baru. Tahun ini RDPT. Memang kita lagi coba kaji Dana Investasi Infrastruktur Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Dinfra)," kata Desi kepada Liputan6.com, Jumat (27/7/2018).

Untuk diketahui, Dinfra sebelumnya dikenalkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Peraturan OJK Nomor 52/POJK.04/2017 yang terbit pada 20 Juli 2017. Dinfra merupakan reksadana yang dipergunakan untuk menghimpun dana investor yang nantinya akan diinvestasikan pada aset infrastruktur.

Manajer investasi hanya bisa menempatkan dana di aset infrastruktur, dengan porsi minimal 51 persen dari nilai aktiva bersih (NAB). Sisanya, maksimal 49 persen, bisa ditempatkan di instrumen pasar uang atau efek dalam negeri.

Berkomunikasi dengan OJK

Direktur Utama PT Jasa Marga Desi Arryani
Direktur Utama PT Jasa Marga Desi Arryani (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menurut Desi, skema pendanaan baru itu tengah dilakukan komunikasi dengan otoritas, dalam hal ini Kementerian Keuangan dan OJK.

"Dia (Dinfra) ini mirim RDPT tapi ada bedanya sedikit. Ini masih dikoordinasikan. Intinya memperkuat struktur permodalan karena investasi kita itu luar biasa," tegas Desi.

Tahun 2018, Jasa Marga membutuhkan pendanaan antara Rp 50 triliun-60 triliun. Sebagian besar dana tersebut untuk menyelesaikan proyek jalan tol Trans Jawa.

Tol Trans Jawa sendiri saat ini ada beberapa ruas yang belum rampung, seperti Batang-Semarang, Salatiga-Kartosuro, Sragen-Ngawi, Wilangan-Kertosono, Porong-Kejapanan, dan Pasuruan-Grati.

Belum lagi pendanaan tahun depan, di mana selain tol Trans Jawa, Jasa Marga masih memiliki proyek lain diantaranya jalan tol Jakarta-Cikampek Eleveted, jalan tol Bogor Outer Ring Road (BORR), tol Jakarta Outer Ring Road 2 (JORR 2), tol Cengkareng-Kunciran, Kunciran-Serpong, Serpong-Cinere, dan masih banyak lagi.

"Ini demi menjaga struktur permodalan, mengantisipasi deviasi, sehingga semua smooth. Semua ruas kita sudah ada back up finansialnya tapi kalau terus tidak improve nanti struktur modal jadi tidak sehat," pungkas Desi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya