Gubernur Kalsel: Hari Pangan Sedunia, Waktunya Bangunkan Raksasa Tidur!

Gubernur Kalimantan Selatan, Sahbirin Noor, ingin menjadikan momentum Hari Pangan Sedunia (HPS) untuk mengoptimalisasi lahan pertanian di sana.

oleh Cahyu diperbarui 12 Okt 2018, 08:00 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2018, 08:00 WIB
Kementan
Gubernur Kalimantan Selatan, Sahbirin Noor, ingin menjadikan momentum Hari Pangan Sedunia (HPS) untuk mengoptimalisasi lahan pertanian di sana.

Liputan6.com, Banjarmasin Gubernur Kalimantan Selatan, Sahbirin Noor, ingin menjadikan momentum Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-38 Tahun 2018 untuk mengoptimalisasi pengelolaan lahan pertanian di Provinsi Kalimantan Selatan. Mengelola lahan yang selama ini belum termanfaatkan dengan baik.

“Hari Pangan Sedunia 2018 waktunya membangunkan raksasa tidur!,” ujar Sahbirin, dalam acara Konferensi Pers Hari Pangan Sedunia di Gedung Mahligai Pancasila, Rumah Jabatan Gubernur Kalimantan Selatan, Banjarmasin, Kamis (11/10/2018).

Ia mengatakan, selama ini petani melakukan penanaman hanya satu kali setahun, lalu sawah ditinggalkan. Akibatnya, sawah yang kering jadi mudah terbakar saat terkena sinar matahari terus menerus. Asap dari kebakaran ini pun dapat menimbulkan efek buruk, salah satunya mengganggu kegiatan penerbangan.

“Alangkah baiknya kalau penanaman bisa dilakukan paling tidak dua kali setahun. Jadi, sawah tidak sempat kering dan terbakar. Begitu luasnya area pertanian Kalimantan Selatan, jadi kalau petani didorong untuk memanfaatkan padi, maka bisa sejahtera,” ucap Sahbirin.

Dirinya pun sangat mengapresiasi langkah dari Pemerintah pusat untuk mengoptimalkan kembali lahan pertanian di Kalimantan Selatan dengan memanfaatkan beragam teknologi, salah satunya dengan optimalisasi lahan  rawa lebak dan pasang surut.

“Saya berharap Kalimantan Selatan bisa menjadi salah satu lumbung padi Nasional, bahkan lumpung padi dunia. Mudah-mudahan Indonesia tidak beli beras dari luar negeri lagi,” kata Sahbirin.

Pemanfaatan lahan rawa

Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengoptimalisasi lahan pertanian di Kalimantan Selatan adalah memanfaatkan lahan rawa lebak dan pasang surut. Salah satu lahan rawa ini berada di Kabupaten Barito Kuala, Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Provinsi Kalimantan Selatan.

Dirjen PSP
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan), Pending Dadih Permana.

Tempat tersebut juga akan menjadi lokasi peringatan Hari Pangan Sedunia 2018 yang berlangsung pada 18 - 21 2018. Pemilihan lokasi ini sesuai dengan tema HPS tahun ini, yaitu 'Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Rawa Lebak dan Pasang Surut Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045'.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan), Pending Dadih Permana, mengatakan bahwa lahan rawa lebak pasang surut di Jejangkit yang telah dikelola menjadi lahan sawah mencapai 4.000 hektare. Ratusan hektare di antaranya pun sudah siap panen pada HPS 2018.

“Lokasi Hari Pangan Sedunia 2018 jadi yang terbesar. Lahannya 4.000 hektare dan yang sudah dikonsolidasi antara 1.800-2.000 hektare. Itu baru dari satu kecamatan,” ujarnya, dalam acara sama.

Pending menjelaskan, dulu lahan rawa lebak dan pasang surut tidak bisa dimanfaatkan untuk pertanian ketika air sedang pasang. Namun, kini hal ini bisa diatasi berkat bantuan teknologi.

Salah satu teknologi yang dipakai oleh Kementerian Pertanian adalah polder setinggi tiga meter dan lebar lima meter. Polder ini dilengkapi pintu yang bisa menjadi akses air mengalir dari sawah ke tempat pembuangan.

“Polder ini tingginya 70 cm di atas air pasang minimal. Jadi air tak akan menggenangi sawah,” ucap Pending.

Selanjutnya, imbuhnya, Kementan juga akan melakukan pendampingan di Jejangkit dalam hal Sumber Daya Manusia (SDM) selama tiga tahun ke depan. Mereka telah bekerja sama dengan Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) untuk melakukan pendampingan.

Secara jangka panjang, pengembangan lahan pertanian tersebut juga bertujuan untuk mewujudkan visi World Health Organizations (WHO), yaitu Zero Hunger in 2030 atau Dunia Bebas Kelaparan pada 2030.

 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya