Minggu Pertama November Inflasi 0,16 Persen

Faktor penyumbang inflasi pada minggu pertama November ini antara lain komoditas bawang merah, beras, bensin emas perhiasan.

oleh Merdeka.com diperbarui 09 Nov 2018, 15:30 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2018, 15:30 WIB
Inflasi
Pembeli membeli daging ayam di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) pada minggu pertama November 2018, tercatat inflasi 0,16 persen secara month to month. Sementara secara year to date (ytd) tercatat 2,39 persen dan secara year on year sebesar 3,12 persen.

"Kalau terkait dengan inflasi berdasarkan survei pemantuan harga minggu pertama November ini inflasinya masih cukup rendah 0,16 persen. Itu berdasarkan survei pemantauan harga BI minggu satu November ini," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, saat ditemui di Kompleks Masjid BI, Jakarta, Jumat (9/11/2018).

Perry menyatakan, dengan angka tersebut menunjukan bahwa inflasi semakin terjaga rendah dan stabil. Sehingga inflasi pada akhir tahun diproyeksikan masih akan berada di bawah 3,5 persen.

"Dengan perkembangan inflasi yang rendah ini, kami perkirakan akhir tahun inflasi itu akan lebih rendah lagi dari perkiraan kami semula akhir tahun itu bisa 3,2 persen yoy," imbuhnya.

"Sehingga ini juga akan mendorong bahwa tekanan inflasi 2019 juga lebih rendah dari perkiraan kami sebelumnya. Tahun 2019 perkirakan 3,6 persen," sambungnya.

Adapun faktor penyumbang terjadinya inflasi pada minggu pertama November ini antara lain komoditas bawang merah, beras, bensin emas perhiasan. "Kalau deflasinya tercatat ayam ras, kemudian terkait juga sayur-sayuran," pungkasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

BPS: Inflasi Oktober 2018 Capai 0,28 Persen

20161003-Pasar Tebet-Jakarta- Angga Yuniar
Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Oktober 2018 sebesar ‎ 0,28 persen. Inflasi ini didorong oleh kenaikan harga sejumlah komoditas.

Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan untuk inflasi tahun kalender yaitu Januari-Oktober 2018 mencapai 2,22 persen, sedangkan inflasi tahun kalender sebesar 3,16 persen.

"Pertimbangan harga berbagai komoditas pada Oktober 2018 secara umum menunjukan kenaikan. Inflasi di pedesaan pada Oktober 0,35 persen. Tapi perlu diperhatikan ini idak perlu disandingkan begitu saja karena metodenya berbeda," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (1/11/2018). 

Dia mengungkapkan, dari 82 kota IHK yang dilakukan pemantauan, sebanyak 66 kota mengalami inflasi. Sedangkan 16 kota mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi dialami Palu sebesar 2,7 persen, sedangkan terendah yaitu Cilegon sebesar 0,01 persen. Sementara untuk deflasi tertinggi ‎dialami Bengkulu sebesar -0,74 persen dan deflasi terendah di Tangerang -0,01 persen.

"Ini berarti inflasi masih terkendali. Masih ada 2 bulan lagi, kita perlu perhatikan di Desember, tapi kita harapkan inflasinya terkendali," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya