Di AIFED, Sri Mulyani Ungkap Alasan Presiden Jokowi Ubah Fokus Pembangunan ke SDM

Sri Mulyani mengatakan untuk beradaptasi dengan kondisi perekonomian baik dunia maupun dalam negeri saat ini, perlu dilakukannya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

oleh Merdeka.com diperbarui 06 Des 2018, 11:15 WIB
Diterbitkan 06 Des 2018, 11:15 WIB
Sri Mulyani pada rangkaian Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani. Dok: am2018bali.go.id

Liputan6.com, Bali - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membuka The 8th Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) di Inaya Putri Bali, Nusa Dua, Bali.

Dia menyampaikan pandangan tentang potensi dan tantangan transformasi struktural ekonomi global serta implikasinya terhadap proses transformasi ekonomi Indonesia.

Menurutnya, untuk beradaptasi dengan kondisi perekonomian baik dunia maupun dalam negeri saat ini, perlu dilakukannya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Itulah alasan Presiden Jokowi saat ini berfokus pada pembangunan SDM dari sebelumnya infrastruktur.

"Ini yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan globalisasi dan industri 4.0," ujar Sri Mulyani di Bali, Kamis (6/12/2018).

Dia melanjutkan, faktor melimpahnya sumber daya manusia produktif dan meningkatnya kemajuan teknologi harus dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk memacu produktivitas, sehingga mendukung transformasi ekonomi mengarah pada status negara maju.

"Untuk mencapai hal tersebut, peningkatan investasi pada pembangunan infrastruktur dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (human capital) akan terus menjadi prioritas."

Pemerintah sendiri, tambah Menteri Sri Mulyani, telah melakukan sejumlah kebijakan untuk meningkatkan SDM Indonesia. Salah satunya alokasi 20 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk sektor pendidikan. Selain pendidikan, pemerintah juga memacu aspek kesehatan masyarakat.

"Masyarakat harus mengenyam pendidikan, imunisasi, dll. Kita tidak puas dengan SDM yang hanya lulusan SMP," tutur dia.

 

Reporter: Harwanto Bimo Pratomo

Sumber: Merdeka.com

Sri Mulyani: RI Harus Perbaiki Kelemahan Ekonominya

3 Menteri Jokowi Umumkan Paket Kebijakan Ekonomi XVI
Menkeu Sri Mulyani (dua kanan) didampingi Menko Perekonomian Darmin Nasution (kanan), Gubernur BI Perry Warjiyo (dua kiri), dan perwakilan OJK Nurhaida (kiri) saat meluncurkan Paket Kebijakan Ekomomi XVI, Jakarta, Jumat (16/11). (Liputan6.com/AnggaYuniar)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membuka The 8th Annual International Forum on Economic Development and Public Policy.

Pada 2018, konferensi di bidang fiskal tersebut mengangkat tema‎ Building For The Future: Strengthening Economic Transformation In Facing Forward Global Evolution.

Dalam sambutannya, Sri Mulyani menyatakan jika saat ini Indonesia fokus membangun ekonomi yang kuat. Oleh sebab itu, pemerintah perupaya mendesain kebijakan fiskal yang guna memperkuat struktur ekonomi dan mengantisipasi tantangan ekonomi global.

"Fokus Indonesia untuk terus membangun ekonomi yang kuat dan bagaimana transformasi yang harus di desain, kita siapkan sehingga Indonesia mampu terus maju dan bisa menyelesaikan atau menjawab berbagai kelemahan-kelemahan yang masih ada," ujar dia di Nusa Dua, Bali, Kamis (6/12/2018).

Menurut dia, saat ini Indonesia masih memiliki sejumlah kelemahan yang perlu diperbaiki guna memperkuat ekonomi seperti soal necara pembayaran, industrialisasi, dan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar lebih produktif.

"Kita juga harus sangat sadar bahwa lingkungan global berubah sangat dinamis dan cepat. Apakah itu hubungan perdagangan antara Amerika dengan negara-negara lain, apakah ini berhubungan dengan bagaimana perdagangan kalau ada perbedaan diselesaikan," kata dia.

Sri Mulyani berharap, ajang pertemuan ini mampu menghasilkan masukan bagi Indonesia dalam memformulasikan kebijakan-kebijakan fiskal agar mampu menghadapi perubahan ekonomi global.

"Kita antisipasi lingkungan global yang sedang mengalami evolusi atau perubahan yang dinamis, yang kemudian berakibat kepada harga komoditas, kepada nilai tukar, kepada suku bunga dan arus modal," ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya