BI Aktif Intervensi, Rupiah Kembali Menguat

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.574 per dolar AS hingga 14.604 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 12 Des 2018, 11:43 WIB
Diterbitkan 12 Des 2018, 11:43 WIB
Rupiah-Melemah-Tipis-Atas-Dolar
Petugas Bank tengah menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali menguat pada awal perdagangan Rabu pekan ini. Salah satu penyebab penguatan tersebut karena Bank Indoensia (BI) aktif melakukan intervensi.

Mengutip Bloomberg, Rabu (12/12/2018), rupiah dibuka di angka 14.580 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.607 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.574 per dolar AS hingga 14.604 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 7,60 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.577 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.613 per dolar AS.

Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, Bank Indonesia (BI), yang melakukan intervensi di pasar valas membuat rupiah kembali bergerak di area positif setelah dalam beberapa hari terakhir ini mengalami tekanan.

"Intervensi BI itu mulai dari pasar spot dan pembelian surat berharga negara (SBN) hingga lelang domestic nondeliverable forward (DNDF)," paparnya dikutip dari Antara.

Ia menambahkan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang akan fokus pada enam hal dalam APBN 2019 menambah kepercayaan pelaku pasar terhadap ekonomi nasional.

Keenam hal itu, yakni peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM), penguatan infrastruktur, dan peningkatan efektivitas perlindungan sosial.

Selain itu, pelaksanaan agenda demokrasi, penguatan birokrasi yang efisien dan efektif, serta penanggulangan dan mitigasi bencana mulai direspon baik pelaku pasar.

"Diharapkan apresiasi rupiah berdampak secara jangka panjang," katanya.

Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong mengatakan bahwa sentimen dari dalam negeri relatif cukup kondusif, namun situasi eksternal yang terbilang masih negatif dapat menahan apresiasi rupiah lebih tinggi.

"Mata uang negara berkembang masih cukup rentan terkena imbas dari ketidakpastian perang dagang," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Faktor Global Masih akan Tekan Rupiah sampai Akhir Tahun

Persiapan Uang Tunai Bi
Petugas melakukan pengepakan lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Bank Indonesia (BI) mempersiapkan Rp 193,9 triliun untuk memenuhi permintaan uang masyarakat jelang periode Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi akan terus melemah hingga akhir tahun. Meski demikian, nilai tukar rupiah diperkirakan tetap akan terjaga di posisi 14.500 per dolar AS.

"Untuk tekanan rupiah saya rasa ini hanya bersifat sementara saja. Nilai tukar kemungkinan masih bisa bertahan ke level Rp 14.500 sampai akhir tahun," ucap Managing Director Jagartha Advisors, FX Iwan kepada Liputan6.com, pada Selasa 11 Desember 2018.

Tak hanya itu, melihat indikasi perang dagang yang kembali memanas, Iwan bahkan memprediksi The Fed bakal naikkan suku bunga acuanya pada bulan ini. Namun, kata dia, kenaikan suku bunga acuan The Fed itu akan sesuai dengan prediksi pasar. 

"The Fed kemungkinan di bulan ini masih tetap naik, tapi mostly sudah price in di market, untuk tahun depan yang agak berubah, karena sebagian besar ekspektasinya kenaikannya akan lebih terbatas," paparnya.

Senada, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menilai, pelemahan rupiah yang terjadi tidak akan menembus ke level 15.000 per dolar AS. Menurutnya, rupiah bakal terjaga di rentang 14.600 per dolar AS hingga 14.900 per dolar AS.

"Penangkapan pejabat Huawei membuat isu perang dagang naik kembali. Ketidakpastian ini berakibat negatif terhadap rupiah. Namun rupiah masih bisa bertahan di bawah 15.000 per dolar AS," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya