Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) membentuk Satuan Tugas Ramadhan dan Idul Fitri (Satgas Rafi) 2019. Satgas ini bertugas untuk memantau dan mengamankan penyaluran LPG sejak H-30 Lebaran dan H-15 untuk penyaluran BBM hingga H+15.
Vice President Supply & Distribution, Faris Aziz mengatakan pihaknya mengerahkan sumber daya manusia yang cukup besar untuk memastikan kelancaran distribusi bahan bakar. Tercatat ada 13.500 sopir truk yang siap menjalankan tugas selama masa kerja Satgas Rafi 2019.
"Driver kurang lebih 13.500 Insya Allah siap dukung ini sebagaimana satgas pada umumnya," kata dia, di Jakarta, Senin (29/4).
Advertisement
"Kami pastikan awak mobil tangki dalam kondisi fit bekerja sehingga bisa maksimal," lanjut dia.
Baca Juga
Dia menuturkan, pihaknya telah bekerja sama dengan pihak Kepolisian untuk memastikan kelancaran distribusi BBM pada masyarakat. Nantinya mobil-mobil Satgas Rafi 2019 akan dilengkapi stiker khusus.
"Pertamina juga sudah komunikasi dengan Polri minta izin stiker satgas. Jadi mobil tangki kita sudah distikerin sehingga identitas dan keberadaanya jelas. Itu sudah dapat izin," ungkapnya.
Pihaknya juga telah menyiapkan armada khusus untuk mendistribusikan BBM ke daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Dengan demikian, kebutuhan BBM di seluruh Indonesia dapat terpenuhi.
"Ada juga lokasi-lokasi kita di daerah remote keluarga besar kita merayakan lebaran kita pastikan angkutannya ada beberapa angkutan laut yang kami pastikan siap ke wilayah 3T itu. Bahkan kita punya 7 sampai 9 angkutan udara itu di Kaltara dan Papua," jelas dia.
Sebagai informasi, selama periode kerja Satgas Rafi 2019, Pertamina menyiagakan 824 SPBU, 67 unit Kios kemasan Pertamax, 15 serambi Pertamax, 200 unit motor BBM kemasan, 26 unit mobil dispenser, dan 115 unit mobil sebagai Kantong BBM SPBU.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Amankan BBM hingga Lebaran, Pertamina Tambah Stok 15 Persen
PT Pertamina (Persero) membentuk Satuan Tugas Ramadan dan Idul Fitri (SATGAS RAFI) 2019.
Satgas ini bertugas untuk memantau dan mengamankan penyaluran LPG sejak H-30 Lebaran selanjutnya H-15 untuk penyaluran BBM hingga H+15.
SVP Retail Marketing Business PT Pertamina, Jumali memastikan, ketersediaan bahan bakar minyak maupun gas selama perayaan Ramadan dan Idul Fitri 2019 akan terjaga.
Upaya memastikan ketersediaan bahan bakar dilakukan dengan meningkatkan stok sebesar 15 persen dari rata-rata stok harian.
"Tahun lalu peningkatannya sebesar 10 persen khusus gasoline. Kenapa tahun ini kita menyiapkan sampai 15 persen," kata dia, di Jakarta, Senin (29/4/2019).
Pihaknya memandang perlu meningkatkan stok untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kedua energi tersebut.
Konsumsi diperkirakan meningkat signifikan, terutama dipengaruhi oleh peningkatan kendaraan mudik yang diprediksi naik 13 persen oleh Kementerian Perhubungan.
"Karena estimasi pemudik akan meningkat 13 persen supaya aman kita siapkan lebih besar sehingga memang meningkat dari tahun lalu itu sudah ter-cover," ujar dia.
Dia mengatakan, tersambungnya ruas tol Trans Jawa serta mulai dioperasikannya beberapa jalur tol Trans Sumatera menjadi faktor lain yang turut memengaruhi peningkatan ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) tersebut.
"Konsekuensinya Pertamina harus sesuaikan pola supplynya dengan kondisi ini. Maka Pertamina akan melakukan fleksibilitas supply. Yakni, terminal BBM dari Merak ke Probolinggo akan cukup banyak," tegas dia.
Advertisement
Intip Perkembangan Program Mega Proyek Kilang Pertamina
PT Pertamina (Persero) memastikan, pembangunan mega proyek kilang ramah lingkungan terlaksana dengan lancar, sehingga dapat memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Petrokimia dalam negeri.
Adapun megaproyek kilang tersebut adalah empat proyek perluasan Refinery Development Master Plan (RDMP) yakni RDMP Refinery Unit (RU) V Balikpapan, RDMP RU IV Cilacap, RDMP RU VI Balongan, dan RDMP RU II Dumai, serta 2 proyek Pembangunan Kilang Minyak dan Petrokimia Grass Root Refinery (GRR) Tuban dan GRR Bontang.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina, Ignatius Tallulembang mengatakan, Pertamina mempercepat penyelesaian proyek-proyek kilang tersebut agar segera memberi manfaat pula bagi negara dan bangsa Indonesia.
Manfaat itu mulai dari menghasilkan bahan bakar yang ramah lingkungan, mengurangi impor BBM dan Petrokimia, meningkatkan cadangan devisa dan penerimaan pajak.
"Megaproyek kilang minyak ini akan mendukung kemandirian dan ketahanan energi nasional sekaligus memperkuat keuangan negara," kata Tallulembang, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (24/4/2019).
Tallulembang menuturkan, tahapan pembangunan setiap proyek lebih cepat dari jadwal normal. Hal tersebut terlihat pada rincian pencapaian inisiatif dan rencana strategis ke depan megaproyek-megaproyek kilang Pertamina tersebut.
Dia menyebutkan, proyek GRR Tuban telah mencapai sejumlah target strategis antara lain penyelesaian bankable feasibility study (BFS), tender seleksi process licensor, general engineering design (BED) dan front end engineering design (FEED).
Masuk Holding BUMN Penerbangan, Anak usaha Pertamina Akan Beli Airbus A400M
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan bahwa maskapai penerbangan Pelita Air Service yang merupakan anak usaha dari PT Pertamina (Persero) akan membeli pesawat Airbus untuk mendukung kegiatan operasional.
Deputi Bidang Usaha, Jasa Keuangan, Jasa Survei Dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengatakan, Pelita Air Service sebagai anak usaha BUMN akan masuk dalam holding BUMN penerbangan. Maskapai penerbangan tersebut akan difokuskan untuk melayani penerbangan charter dan kargo.
"Nanti ada Pelita, pelita masuk. karena milik Pertamina. Jadi untuk Pelita adalah sebagai charter flight sama cargo," kata Gatot, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (22/4/2019).
Untuk menunjang kegiatan holding penerbangan Pelita Air akan membeli pesawat jenis Airbus A400 pada tahun ini. Namun untuk jumlahnya, dia belum bisa menyebutkan detail.
"Tahun ini. Dapetnya ngga tau tahun ini. Kan yang penting nanti cargonya di Pelita Air," tuturnya.
Gatot menerangkan, keberadaan Pelita Air dalam holding BUMN penerbangan akan diintegrasikan dengan bisnis kargo milik Garuda Indonesia. Sehingga nantinya kegiatan pengiriman kargo melalui udara di Indonesia, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur dan Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T) semakin membaik.
"Jadi kan selama ini kargo yang ke Papua dan 3T kita kesulitan membawanya. Ke depan yang besar-besar dengan kargo. Kan waktu di Palu sudah pernah dicoba. Ibu menteri pinjem dari Hong Kong kalau ngga salah. Jadi mengapa rescue yang di Palu bisa cepet selama seminggu. Karena salah satunya kita menggunakan Airbus 400. Jadi dia bisa runway enggak nyampe 1000 meter, dan satu setengah kali dari hercules," paparnya.
Advertisement