Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menargetkan, dapat menyerap minyak mentah hasil produksi Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) dari dalam negeri, sebanyak 225 ribu barel per hari (bph) pada Juli 2019.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengatakan, Pertamina sudah melaksanakan kebijakan pemerintah terkait penyerapan minyak mentah hasil produksi KKKS.
"Semenjak ada aturan ESDM September lalu, mulai Januari sebagian besar dari crude yang diekspor sudah diproritaskan untuk dijual ke Pertamina," kata Nicke, di Jakarta, Rabu (15/5/2019).
Advertisement
Baca Juga
Nicke menuturkan, dalam tiga bulan terakhir minyak mentah yang mampu diserap Pertamina baru mencapai 135 ribu barel per hari, atas hal tersebut nilai impor minyak Pertamina turun menjadi Rp 20 triliun karena beralih membeli minyak mentah dalam negeri.
"Sebagai laporan, dengan serap 135 ribu barel per hari dari domestik, devisa bisa kita kurangi artinya impor bisa kurangi dalam 3 bulan terkahir, kalau dibandingkan tahun lalu, ada penurunan impor Rp 20 triliun," paparnya.
Dia pun menargetkan, Pertamina mampu menyerap lebih besar lagi minyak hasil produksi KKKS sebesar 225 ribu barel per hari, untuk melaksanakan pembelian minyaknya diperkirakan sampai Juli 2019. Dengan begitu, angka impor minyak mentah Pertamina semakin berkurang.
"Jadi dari 225 ribu barel per hari yang diekspor, sudah dibeli 135 ribu, masih ada sebagian yang belum deal, diharapkan segera selesai dealnya, sehingga nanti Juli keseluruhan yang 225 ribu bisa kita ambil semua," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Bos Pertamina Klaim Sudah Tak Impor Solar dan Avtur
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) sudah tidak mengimpor avtur dan solar, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini merupakan hasil dari optimalisasi pengoperasian kilang.
Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, Pertamina sudah sejak April 2019 tidak mengimpor avtur. Kebutuhan avtur dalam negeri sudah dapat dipenuhi kilang Cilacap.
"Mulai April kita sudah enggak lagi impor avtur, selama ini setiap tahun rata-rata antara 8-10 juta impor, dengan kita optimalkan kilang," kata Nicke, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 14 Mei 2019.
Nicke melanjutkan, selain sudah tidak mengimpor avtur Pertamina juga sudah tidak mengimpor solar sejak Mei 2019. Hal ini merupakan dampak dari pelaksanaan program campuran 20 persen biodiesel dengan solar (B20) dan mengoptimalkan pengoperasian kilang Plaju.
"Solar mulai Mei kita juga sudah enggak perlu lagi impor, selama ini impor berkisar 12-15 juta barel, nah jadi ini kita per Mei," tutur dia.
Menurut Nicke, secara bertahap Pertamina akan mengurangi impor produk BBM, dengan mengoptimalkan masing-masing kilang dalam memproduksi produk BBM. Pertamina sedang melaksanakan program peremajaan kilang dan pembangunan kilang baru.
"Bertahap nanti kita coba optimalkan volume maupun jenis produk untuk masing-masing kilang mana yang kemudian kita bisa mandiri sehingga nanti nggak perlu impor. kita coba amankan yang demandnya cukup tinggi," tandasnya.
Advertisement
Kejar Target, SKK Migas Dorong Pertamina Investasi Lebih Besar
Sebelumnya, hingga akhir April 2019 produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi (migas) dari anak usaha Pertamina belum mencapai target. Atas kondisi tersebut Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendorong Pertamina lebih giat melakukan investasi pencarian migas.
Dikutip dari data SKK Migas, di Jakarta, Kamis (9/5/2019), anak usaha Pertamina tersebut adalahPT Pertamina EP dengan target lifting minyak dalam APBN 2019 sebesar 85 ribu barel per hari (bph). Sementara realisasi lifting baru 79.340 bph atau 93 persen.
Berikutnya adalah Pertamina Hulu Mahakam, dengan target lifting minyak dalam APBN 2019 sebesar 50.400 bph, sementara capaian hingga April 2019 42.717 atau 85 persen dari target.
PT Pertamina Hulu Energi Oses, target APBN 32 ribu bph realisasi lifting sebesar 28.577 atau 89 persen dari target.
Pertamina Hulu Energi OffShore West North Java (ONWJ) LTD dengan target APBN 33.090 bph, sementara realisasinya hanya 28.646 atau 87 persen dari target.
Untuk lifting gas, Pertamina Hulu Mahakam ditargetkan 1.100 MMsCFD sangkan realisasinya 667 MMsCFD atau 61 persen, Lifting gas Pertamina EP ditargetkan 810 MMsCFD dengan realisasi lifting 770 atau 95 persen dari target.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto pun menanggapi pencapaian lifting anak usaha Pertamina yang belum mencapai target. Dia mengatakan, Pertamina mengalami kendala dalam proses investasi, sehingga dalam pertemuan dengan pihak Pertamina, SKK Migas telah meminta untuk mempercepat investasi.
"Sudah rencanakan tahun ini 118 sumur bor, sampai sekarang selesai 30 sumur. Dari 30 sumur ini baru 20 sumur yang bisa onstream atau alirkan produksi. Sedangkan 10 sumur lagi selesaikan infrastruktur untuk bisa ikut yang lain," jelas dia.