Pemerintah dan Grant Thornton Yakinkan Investor Jepang Soal Iklim Investasi

Selama ini, Jepang adalah investor asing terbesar kedua di Indonesia dengan nilai investasi USD 4,9 miliar.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Mei 2019, 18:29 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2019, 18:29 WIB
Grant Thornton bersama pemerintah Indonesia mengadakan seminar di tiga kota di Jepang, yakni Tokyo, Nagoya, dan Osaka soal investasi. Dok Grant Thornton.
Grant Thornton bersama pemerintah Indonesia mengadakan seminar di tiga kota di Jepang, yakni Tokyo, Nagoya, dan Osaka soal investasi. Dok Grant Thornton.

Liputan6.com, Jakarta Banyak cara dilakukan pemerintah untuk menggaet investasi masuk. Kali ini, demi mendorong iklim investasi di Indonesia, Grant Thornton bersama pemerintah Indonesia mengadakan seminar di tiga kota di Jepang, yakni Tokyo, Nagoya, dan Osaka, baru-baru ini.

Selama ini, Jepang adalah investor asing terbesar kedua di Indonesia dengan nilai investasi USD 4,9 miliar atau setara 16,7 persen terhadap total penanaman modal asing (PMA) 2018.

Sebagai organisasi yang menyediakan jasa assurance, tax, dan advisory, seminar Grant Thornton itu bertajuk Perkembangan Terakhir, Kebijakan, dan Insentif yang Tersedia bagi Investor di tiga kota utama Jepang pada 22-24 Mei ini.

Hadir pada acara yang digagas Grant Thornton Indonesia dan Grant Thornton Jepang ini, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong, Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Farah Ratnadewi Indriani, dan jajaran pemerintah Indonesia lainnya.

Kemudian Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Suahasil Nazara dan Aida S Budiman sebagai Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia. Seminar pertama di Toky dibuka langsung Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Arifin Tasrif.

Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani, menjelaskan seminar atau road show ini bertujuan menyampaikan informasi terkini dan meyakinkan para peserta seminar untuk memperluas investasi, serta menanamkan investasi baru di Indonesia.

Di tiga kota tersebut, Grant Thornton turut menghadirkan total ratusan investor maupun calon investor dari berbagai bidang usaha untuk memperoleh berbagai data menarik terkait investasi di Indonesia.

 

Tren Investasi

20151113-Ilustrasi Investasi
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Meski Jepang merupakan negara terbesar kedua yang melakukan investasi di Indonesia setelah Singapura pada tahun lalu, ada tren penurunan realisasi investor Negeri Matahari Terbit tersebut ke berbagai sektor industri Indonesia.

Misalnya pada tahun lalu, ada penurunan realisasi investasi sebesar 8,8 persen dibandingkan 2017, yaitu dari Rp430,5 triliun menjadi Rp392,7 triliun.

Dengan jaringan luas dan reputasi baik dari Grant Thornton Jepang, kami meyakini pertemuan dengan investor ini akan disambut baik sebagai ajang mereka memperoleh berbagai informasi dan data terkini, terkait investasi yang disajikan langsung oleh perwakilan pemerintah Indonesia, ujar Johanna dalam rilisnya, kemarin (23/5).

Kata dia, pihaknya mengharapkan road show di tiga kota utama Jepang ini dapat menjadi salah satu agenda untuk menjaga hubungan baik dengan para investor.

Selain mendorong investasi langsung untuk mendukung target realisasi investasi pemerintah RI tahun ini.

Apalagi Jepang dalam waktu dekat menjadi tuan rumah pertemuan menteri keuangan negara G-20 pada 8-9 Juni mendatang. Kemudian diikuti dengan KTT para pemimpin di Osaka pada 28-29 Juni

Penanganan Aksi 22 Mei Bakal Jadi Penentu Arus Investasi ke Indonesia

Penanganan aksi demo terkait Pemilu dinilai jadi penentu arus investasi masuk ke Indonesia. Saat ini investor masih wait and see usai terjadi kericuhan saat aksi demonstrasi di depan Kantor Bawaslu, Jakarta.

Investor masih mencermati langkah yang dilakukan para pejabat negara untuk membuat kondisi Jakarta lebih kondusif.

"Saya kira investor belum akan memberikan kesimpulan soal persepsi, sampai hari ini investor masih dalam posisi wait and see lah. Investor akan melihat sejauh mana mitigasi oleh pemerintah dan para elit agar konflik tak melebar," kata Ronny kepada Liputan6.com, Kamis (23/5/2019).

Isu yang berkembang saat ini, kata Ronny, masih bersifat politis. Belum sampai mengganggu kegiatan ekonomi secara nasional.

Memang, untuk wilayah DKI Jakarta kegiatan ekonomi sedikit terganggu, namun  situasi ini hanya bersifat sementara.

"Jadi di mata investor, saya kira, aksi-aksi ini sifatnya hanya termporal. Persepsi bisnis dan ekspektasi investasi masih positif saya kira. Namun jika aksi-aksi seperti itu berlangsung lama, maka peluangnya merembes ke ranah ekonomi akan muncul. Setidaknya sampai hari ini, sudah mulai ada titik temu di antara kalangan elit," dia menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya