Syarat Agar Ekonomi Bisa Tumbuh 6 Persen

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar bisa mencapai hingga 6 persen maka dibutuhkan investasi besar.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jul 2019, 16:30 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2019, 16:30 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2017  Optimis Capai 5,3 Persen
Pemandangan gedung-gedung bertingkat di Ibukota Jakarta, Sabtu (14/1). Hal tersebut tercermin dari perbaikan harga komoditas di pasar global. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk periode 2020-2024. Dalam RPJMN ini, target pertumbuhan ekonomi dipatok sebesar 5,4 persen sampai dengan 6 persen.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, mengatakan bahwa untuk mengejar target pertumbuhan tersebut ada beberapa hal yang harus didorong. Salah satunya mendongkrak pertumbuhan industri manufaktur.

"Sektor manufaktur harus bisa tumbuh lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional, itu aja syaratnya karena dia adalah kontributor PDB yang lebih besar hampir 20 persen," ujar Bambang di Jakarta, Rabu (24/7/2019).

"Jadi kalau manufaktur tumbuh lebih tinggi daripada nasional, maka dia akan terus mempercepat pertumbuhan ekonomi nasionalnya sendiri," tambahnya.

Bambang melanjutkan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar bisa mencapai hingga 6 persen maka dibutuhkan investasi besar. Paling tidak, investasi tumbuh di angka 7 persen sampai dengan 8 persen.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang baik maka diharapkan kemiskinan bisa turun mencapai 6,5 persen di 2024, Kemudian gini rasio ditekan mencapai 0,37 persen serta tingkat pengangguran terbuka juga diharapkan bisa mencapai 4 persen.

"Meskipun saat ini gini rasio bagus, pengangguran menurun, tapi sekarang kita bukan bicara mengenai kecepatan saja, seberapa tuiggi kuta turun dan seberapa cepat kita turun dan seberapa cepat kita naik, itu yang penting untuk 5 tahun ke depan," pungkasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Komoditas Bikin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Stagnan

BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,4 Persen di 2019
Pemandangan gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (14/3). Bank Indonesia (BI) optimistis ekonomi Indonesia akan lebih baik di tahun 2019. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyorot kondisi perekomian Indonesia yang terus merosot selama beberapa dekade terakhir.

Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia memang stabil di kisaran 5 persen, tetapi secara historis rata-rata pertumbuhan Indonesia menurun.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pernah melewati angka 7 persen, tetapi kini 5,3 persen saja. Menteri Bambang menyadari bahwa permasalahan ada di ketergantungan Indonesia pada sektor komoditas.

"Kita harus waspada karena rata-rata pertumbuhan ekonomi kita terus menurun dari angka sekitar 7,5 persen pada zaman Indonesia mengalami booming minyak, kemudian menurun menjadi 6,4 persen per tahun ketika Indonesia mengalami booming di sektor manufaktur, khususnya sektor padat karya, di tahun 1990-an," ujar Menteri Bambang dalam Indonesia Development Forum 2019 (IDF 2019) di JCC, pada Senin 22 Juli 2019. 

Menteri Bambang pun menyayangkan hingga kini pun ekspor masih didominasi mineral (batu bara) dan agrikultur (sawit).

Sementara, Malaysia mengunggulkan ekspor barang elektronik, Vietnam mengekspor tekstil, dan Thailand mengandalkan ekspor mesin, elektronik, kimia, dan jasa.

"Ketika pertumbuhan ekonomi bertumpu pada komoditas, apakah itu batu bara atau kelapa sawit, maka yang kita alami sekarang pertumbuhan ekonomi kita hanya 5,3 persen. Jadi kesimpulannya adalah kalau mau pertumbuhan ekonomi kita tinggi, kita harus kembali ke sektor yang produktivitasnya tinggi, yakni manufaktur dan sektor jasa modern," jelas Bambang.

Menteri Bambang yakin pertumbuhan ekonomi bisa menembus 6 persen jika sektor manufaktur Indonesia meningkat. Edukasi dan peningkatan skill pun dibutuhkan demi mencapai hal itu, selain itu Menteri Bambang berharap regulasi yang tak ramah investor dan birokrasi tak efisien bisa segera dipangkas demi menunjang ekspor.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya