Rupiah Diramal Masih Loyo di 2020

Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada 2020 mendatang diperkirakan berada di kisaran 14.400 per dolar AS

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Agu 2019, 20:15 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2019, 20:15 WIB
Rupiah-Melemah-Tipis-Atas-Dolar
Petugas Bank tengah menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan nilai tukar Rupiah pada 2020 akan terpapar defisit transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD) yang melebar.

Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada 2020 mendatang diperkirakan berada di kisaran 14.400 per dolar AS. Angka ini lebih menguat dari APBN 2019 di 15 ribu per Dolar AS.

Peneliti Indef, Eko Listianto menyebutkan 'pendarahan' pada defisit transaksi berjalan belum mampu dihentikan.

"Ini merupakan alarm bahaya bagi stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah situasi global yang tanpa kejelasan arah," kata dia, di kantornya, Senin (19/8/2019).

Tanpa upaya serius mengatasi pelebaran defisit, maka nilai tukar Rupiah dapat berfluktuasi liar melawan USD. Defisit CAD diketahui melebar ke 3 persen terhadap PDB atau USD 8,4 miliar di triwulan II dari 2,6 persen terhadap PDB (USD 7 miliar) di triwulan I 2019.

"Problemnya kita masuk 15 negara terbesar yang alami defisit currect account balance. Kita nomor 5,naik dari 2,6 jadi 3 persen dari PDB," ujarnya.

Meski kondisi Rupiah jauh lebih baik dibanding beberapa negara lain, namun dapat mendapat dampak negatif jika CAD terus dibiarkan melebar.

"Data kita soal mata uang negara-negara menggambarkan mata uang kita baik secara nominal, tapi exchange ratenya negatif. Kenapa negatif? karena CAD melebar. Selama terus begitu agak susah capai target," tutupnya.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Penjelasan Menkeu

Menteri Terkait Sampaikan RKP Nota Keuangan dan RAPBN 2020
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menyampaikan Rencana Kerja Pemerintah dan Nota Keuangan serta RAPBN 2020 di Auditorium Cakti Buddhi Bhakti KPDJP, Jakarta, Jumat (16/8/2019). Sejumlah menteri terkait ikut hadir dalam penyampaian tersebut. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa menurutnya, angka tersebut dipatok seiring dengan masih terdapat risiko volatilitas terutama berasal dari eksternal.

"Nilai tukar Rupiah 14 ribu per dolar AS ini tidak terlalu jauh masih line dengan beberapa faktor pendukungnya," kata Menteri Sri Mulyani dalam Konferensi Pers, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020, di Jakarta, Jumat (16/8).

Dia menyampaikan, pergerakan nilai tukar Rupiah pada 2020 dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah masih adanya risiko ketidakpastian global seperti berlanjutnya perang dagang dan proteksionisme. Kemudian perubahan arah kebijakan moneter Amerika Serikat pun turut mempengaruhi.

AS Kembali Buka Komunikasi dengan China, Rupiah Menguat

Ilustrasi dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Jakarta, Kamis (23/10/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Senin ini. AS kembali melakukan negosiasi dagang dengan China.

Mengutip Bloomberg, Senin (19/8/2019), rupiah dibuka di angka 14.201 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.240 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.194 per dolar AS hingga 14.208 per dolar AS. Hika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 1,30 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.203 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.258 per dolar AS.

"Minat pelaku pasar kembali meningkat pada aset-aset di negara berkembang di tengah pudarnya sentimen resesi akibat perang dagang antara China dan Amerika Serikat," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra seperti dikutip dari Antara.

Ia mengemukakan penasihat ekonomi Gedung Putih dikabarkan, tim negosiasi dagang Amerika Serikat dan China akan berkomunikasi secara intensif. Pasar merespons positif rencana dialog dagang itu yang sedianya akan dilaksanakan di Washington.

"Itu merupakan kabar baik dari AS, dikabarkan dialog itu dilakukan pada awal September, diharapkan berjalan lancar," katanya.

Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong menambahkan sentimen positif eksternal itu berhasil membangkitkan minat pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Indonesia dapat menikmati arus modal yang masuk sehingga menopang penguatan rupiah," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar uang juga masih merespons positif rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2020.

Ia menambahkan bahwa asumsi-asumsi dalam RAPBN 2020 cukup terukur. RAPBN yang terukur itu direspons positif pasar.

Berdasarkan RAPBN 2020, inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1 persen untuk mendukung daya beli masyarakat.

Sementara nilai tukar rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp14.400 per dolar AS karena kondisi eksternal yang masih dibayangi oleh ketidakpastian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya