Kilang Arab Saudi Diserang Drone, Pasokan Minyak ke Indonesia Aman?

Peristiwa terbakarnya fasilitas pengolahan minyak Arab Saudi akibat serangan drone mempengaruhi pasokan minyak di pasar global.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 17 Sep 2019, 15:13 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2019, 15:13 WIB
Mengintip Kilang Minyak Sei Pakning Milik Pertamina
Area kilang minyak RU II Sei Pakning, Bengkalis, Riau (17/10). Minyak di kilang Sei Pakning memproduksi solar dan gerosin. Solar dan minyak tanah tersebut didistribusikan ke Dumai, pembangkit PLN dan masyarakat sekitar. (Liputan6.com/Yulia)

Liputan6.com, Jakarta - Peristiwa terbakarnya fasilitas pengolahan minyak Arab Saudi akibat serangan drone mempengaruhi pasokan minyak di pasar global, lalu bagaimana dengan Indonesia?

‎Pelaksana tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan, Indonesia mengimpor minyak sebanyak 110 ribu barel per hari, dari Kilang Abqaiq dan Khurais milik Arab Saudi ‎yang terbakar akibat serangan drone Sabtu (14/9/2019) waktu setempat.

‎"Kita kan emang impor dari sana 110 ribu rata-rata per hari, tapi dikumpulin dulu," kata Djoko, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (17/9/2019).

Menurut Djoko, akibat serangan drone tersebut Arab Asudi menghentikan produksi minyak 5,7 juta berel per hari dari total produksi sebesar 13,6 juta barel per hari. Sehingga impor minyak Indonesia dari Arab Saudi hanya 0,8 persen dari total produksi Arab Saudi.

"Itu kan produksi kilang yang terbakar, jadi bukan untuk kilang Indonesia, karena kilang yang terbakar produksinya stop, mau ditaruh di mana kan," tuturnya.

Djoko menegaskan, Arab Saudi telah berkomitmen memasok minyak ke negara yang sudah berkontrak, pasokan minyak dari Kilang tersebut akan digantikan dari sumber lain, disisi lain ekspor minyak Arab Saudi ke Indonesia dilakukan dalam periode tertentu, sehingga ada waktu untuk melakukan pengumpulan minyak sesuai dengan kebutuhan.

Dengan demikian dia memperkirakan penghentian pasokan minyak dari Kilang Abqaiq dan Khurais tidak menjadi masalah.

"Tapi yang sudah komitmen dengan negara-negara lain yang diekspor harusnya nggak ada masalah‎," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Minyak Melonjak Imbas Serangan Drone ke Kilang Arab Saudi

Kilang Minyak Pertamina di Dumai
(Foto: Liputan6.com/Pebrianto Wicaksono)

Serangan drone yang menghantam kilang minyak di Arab Saudi akhir pekan lalu membuat negara tersebut terpaksa kehilangan pasokan minyak.

Insiden yang membuat 50 persen pasokan minyak negara tersebut terhenti itu mau tak mau berdampak pada harga minyak dunia. Mengutip Reuters, Senin (16/09/2019), harga minyak sempat melonjak belasan persen, bahkan mencapai titik tertinggi sejak Mei. 

Dilaporkan, harga minyak jenis Brent berjangka sempat naik hingga 19 persen menjadi USD 71,95 per barel, tertinggi sejak 14 Januari 1991. Sedangkan untuk harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) sempat naik 15 persen ke level tertinggi di angka USD 63,34 per barel, tertinggi sejak 22 Juni 1998.

Hingga pukul 09.40 waktu setempat, harga minyak Brent berada di posisi USD 65,77 per barel, naik 8,4 persen dari posisi sebelumnya.

Begitu pula dengan harga minyak mentah WTI yang melonjak ke posisi USD 59,54, naik 7,88 persen dari posisi sebelumnya.  

5 Persen Pasokan Minyak Global Ludes

RU IV Cilacap, Kilang BBM Terbesar di Indonesia Milik Pertamina
Suasana kilang minyak Pertamina Refenery Unit IV Cilacap, Rabu (7/2). Produk utama yang dihasilkan kilang Cilacap berupa produk BBM atau gasoline, naphtha, kerosine, avutur, solar LSWR, minyak bakar, LPG, pelumas dasar. (Liputan6.com/JohanTallo)

Secara kronologis, drone yang menyerang fasilitas pengolahan minyak bumi Arab Saudi di Abqaiq dan Khurais tersebut berdampak pada pasokan minyak dunia. Sebanyak 5 persen jatah minyak dunia ludes akibat serangan pada Sabtu (14/09/2019) kemarin.

Kelompok Houthi dari Iran mengklaim bertanggung jawab atas insiden tersebut, meski sempat ada bantahan dari Iran sendiri.

Akibatnya, produksi minyak di Arab Saudi akan terpangkas sekitar 5,7 juta barel perhari, kira-kira 50 persen dari produksi secara keseluruhan.

Imbas dari insiden ini tentu akan terasa ke negara Asia yang bergantung pada minyak Saudi seperti Jepang, China, Korea Selatan, India dan Filipina. Harga energi dan bahan baku akan naik berkali-kali lipat.

Sementara, sebuah sumber menyatakan pemulihan kejadian ini akan memakan waktu berminggu-minggu. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya