Liputan6.com, Oklahoma - Pada awal minggu ini, taipan minyak Harold Hamm mendapat rezeki tambahan senilai USD 2 miliar atau Rp 28,1 triliun dalam hitungan satu hari (USD 1 = Rp 14.069). Itu berkat melonjaknya saham di perusahaan yang ia pimpin, yaitu Continental Resources Inc.
Berdasarkan laporan Bloomberg, saham Continental naik 22 persen pada Senin, 16 September 2019. Alhasil, kekayaan Hamm bertambah USD 2 miliar.
Advertisement
Baca Juga
Â
Kenaikan kekayaan Hamm, imbas dari meroketnya harga minyak dunia. Ini setelah terjadinya serangan udara di kompleks pengolahan minyak Arab Saudi di Abqaiq pekan lalu. Sebanyak lima persen suplai minyak dunia pun tergerus.
Butuh berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan hingga produksi minyak bisa kembali normal. Presiden AS Donald Trump pun menuding Iran sebagai biang keladi.
Penambahan kekayaan Hamm adalah yang tertinggi dibandingkan 500 miliarder lain di Bloomberg Billionaires Index. Naiknya harga saham Continental itu juga yang tertinggi sejak tahun 2016.
Hamm pun bisa bernapas lega berkat penambahan ini, pasalnya pada Jumat lalu saham perusahaan yang berbasis di Oklahoma, Amerika Serikat (AS) itu justru merosot 20 persen. Kini, kekayaan Hamm adalah sebesar USD 11,6 miliar (Rp 163,1 triliun).Â
Belakangan ini, Hamm mempertanyakan status perusahaan sebagai perusahaan. Meski, kemudian dia menegaskan tak berniat menjadikan Continental sebagai perusahaan tertutup.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Kilang Arab Diserang Drone, Indonesia Beli Minyak dari AS
Indonesia membeli minyak dari perusahan minyak Amerika Serikat Exxon Mobil, untuk mengantisipasi kekurangan pasokan minyak dari fasilitas pengolahan minyak (kilang) Arab Saudi yang berhenti beroperasi, akibat serangan pesawat tanpa awak (drone).
Djoko mengatakan, Indonesia mengimpor minyak dari kilang di Abqaiq dan Khurais sebanyak 110 ribu barel per hari. Saat ini fasilitas tersebut berhenti beroperasi sejak Sabtu, 14 September 2019 akibat kebakaran atas serangan drone.
"Karena kilang yang terbakar produksinya stop, mau ditaruh di mana kan,‎" kata Djoko, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa, 17 September 2019.
Untuk mengantisipasi kekurangan pasokan minyak mentah, pemerintah melalui PT Pertamina (Persero) akan membeli minyak bagian Exxon Moblie Cepu Limmited (EMCL), dari hasil produksi Lapangan Banyu Urip Blok Cepu sebanyak ‎650 ribu barel.
‎"Kita untuk antisipasi kita juga beli crude KKKS yang ada di sini. Exxon," ujarnya.
Menurut Djoko, kontrak pembelian minyak milik Exxon tersebut ‎hanya untuk pengadaan pada September 2019, rencananya pengiriman perdana minyak akan dilakukan pada 20 September 2019.
"Kita kan nanti mau beli minyak Exxon juga Pertamina tanggal 20, pengpalan perdana," tuturnya.
Djoko melanjutkan, rencananya pembelian minyak milik Exxon akan berlanjut pada Oktober 2019, namun sebelum pembelian dilakukan akan dilakukan‎ negosiasi harga terlebih dahulu.
"Ini baru tahap pertama, nanti tahap kedua kita nego harga lagi. Ini harga minyak cenderung naik sedikit kan nanti di nego lagi harganya setelah September‎," tandasnya.
Serangan drone yang menghantam kilang minyak di Arab Saudi akhir pekan lalu membuat negara tersebut terpaksa kehilangan pasokan minyak.
Insiden yang membuat 50 persen pasokan minyak negara tersebut terhenti itu mau tak mau berdampak pada harga minyak dunia. Mengutip Reuters pada Senin, 16 September 2019, harga minyak sempat melonjak belasan persen, bahkan mencapai titik tertinggi sejak Mei. Â
Dilaporkan, harga minyak jenis Brent berjangka sempat naik hingga 19 persen menjadi USD 71,95 per barel, tertinggi sejak 14 Januari 1991.
Sedangkan untuk harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) sempat naik 15 persen ke level tertinggi di angka USD 63,34 per barel, tertinggi sejak 22 Juni 1998.
Hingga pukul 09.40 waktu setempat, harga minyak Brent berada di posisi USD 65,77 per barel, naik 8,4 persen dari posisi sebelumnya.
Begitu pula dengan harga minyak mentah WTI yang melonjak ke posisi USD 59,54, naik 7,88 persen dari posisi sebelumnya. Â
Advertisement