Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan nilai tukar rupiah tetap stabil meski tengah terjadi gejolak global akibat penurunan suku bunga acuan Ameriks Serikat (AS) oleh The Fed. Hal ini menunjukan bahwa Rupiah masih tahan banting di pasar.
"Bergerak relatif stabil, mekanisme pasar berkembang secara baik mengenai supply dan demand," kata dia, di Jakarta, Jumat (1/11/2019).
Oleh karena itu, Perry berterima kasih kepada dunia perbankan dan dunia usaha yang telah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Advertisement
Baca Juga
"Jadi tidak ada pengaruh pengaruh yang signifikan mengenai apa yang terjadi di global termasuk juga penurunan suku bunga The Fed," ujarnya.
Bahkan, lanjutnya, nilai tukar rupiah sempat beberapa kali berada di bawah angka 14.000 per dolar AS.
"Begitu di bawah itu kemudian sejumlah korporasi yang membutuhkan dolar kemudian meningkatkan pembelian baik untuk impor atau pembayaran, tapi di satu sisi eksportir juga kemudian mensupply dan ini bergerak sesuai dengan mekanisme pasar dan itu mendukung stabilitas nilai tukar," ujarnya.
Dia mengungkapkan, kondisi tersebut membuat rupiah masih memiliki ruang untuk terus menguat terhadap doalr AS. Didukung oleh inflasi yang selalu terjaga dan aliran modal asing atau inflow yang terus bertambah.
Â
Tren Penguatan
Nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) menunjukkan tren penguatan pada perdagangan hari ini, Jumat (1/11). Rupiah dibuka di level 14.060 per dolar AS atau melemah dibanding penutupan kemarin di 14.042 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Rupiah masih bergerak melemah usai pembukaan ke level 14.071 per dolar AS, kemudian mulai bergerak menguat. Meski sempat fluktuatif, Rupiah terus menunjukkan penguatan, dan saat ini berada di level 14.054 per dolar AS.
Sementara itu, berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.066 per dolar AS. Melemah jika dibandingkan dengan patokan pada tanggal (31/10) yang ada di angka 14.008 per dolar AS.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement