Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) telah melakukan pasokan perdana kargo trading produk Sodium Methylate Oxide (SMO) kepada PT Tunas Baru Lampung, sebagai upaya untuk mendukung penerapan kebijakan pencampuran 20 persen biodiesel dengan solar (B20).
VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan, SMO merupakan bahan kimia yang dihasilkan dari pencampuran antara Methanol dengan Sodium Hydroxide.
SMO digunakan sebagai katalis untuk proses transesterification dengan vegetebles oil dan bahan kimia lainnya untuk dijadikan Fatty Acid Methyl Esters (FAME). FAME kemudian disalurkan ke Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina di seluruh Indonesa sebagai bahan pencampuran Biodiesel.
Advertisement
Baca Juga
“Pasokan SMO yang dilakukan oleh Pertamina ini merupakan upaya untuk mendukung produksi FAME yang akan menjadi bahan pencampuran bahan bakar nabati. Penggunaan SMO sebagai katalis akan membantu produksi FAME sehingga meningkatkan kehandalan ketersediaan FAME untuk mendukung program B20 yang dicanangkan pemerintah,” kata Fajriyah, di Jakarta, Jumat (15/11/2019).
Lebih lanjut ia menjelaskan, Pertamina telah melakukan pemasokan perdana SMO ini pada awal November 2019 dengan jumlah sebanyak tujuh iso tank dengan total volume 154.000 KGS.
Ke depannya, Pertamina juga akan menjalin kontrak pasokan produk SMO dengan produsen-produsen FAME di seluruh Indonesia.
“Sesuai dengan prediksi kenaikan produksi Biodiesel di masa depan, maka Pertamina berpotensi bisa mendapatkan revenue lebih besar lagi dengan menyuplai produk ini ke customer lainnya dengan pertimbangan pemakaian SMO sekitar 1-2 persen dari total kapasitas produksi mereka," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pertamina Geothermal Gelontorkan USD 2,68 Miliar untuk Kembangkan Panas Bumi
PT Pertamina (persero) memaksimalkan penggunaan energi bersih melalui pengembangan panas bumi. Energi bersih ini untuk memenuhi kebutuhan serta keberlangsungan suplai energi nasional.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu mengatakan, Indonesia memiliki 40 persen dari potensi panas bumi di dunia atau setara 29 ribu Mega Watt (MW). Namun, baru sekitar 6 persen dari potensi tersebut yang telah digarap.
"Sebagai BUMN, Pertamina memiliki peran strategis untuk keberlangsungan suplai energi nasional. Salah satunya dengan terus berupaya menjamin ketersediaan energi baik dari sumber minyak dan gas bumi, maupun pengembangan sumber energi baru terbarukan,” kata Samsu, di Jakarta, Selasa (12/11/2019).
Untuk itu, melalui rencana jangka panjang 2021-2026, Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Geothermal Energi (PGE) akan berinvestasi sebesar USD 2,68 miliar untuk pengembangan wilayah kerja panas bumi yang ada.
Selain itu, PGE juga akan menggarap 2 wilayah kerja baru sehingga kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) miliknya akan meningkat hampir 2 kali lipat dari 672 MW menjadi 1.112 MW.
Dengan demikian PGE optimis dapat meningkatkan cadangan menjadi 2.175 MW dan produksi listrik menjadi 7.455 Giga Watt hour (GWh).
Advertisement