Pemerintah Pastikan Sawit Masuk Dalam Perjanjian Dagang IUE-CEPA

Pemerintah terus mendorong agar komoditas sawit dapat masuk ke dalam perjanjian kemitraan antara Indonesia dan Uni Eropa

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Nov 2019, 13:12 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2019, 13:12 WIB
20160308-Ilustrasi-Kelapa-Sawit-iStockphoto
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus mendorong agar komoditas sawit dapat masuk ke dalam perjanjian kemitraan antara Indonesia dan Uni Eropa (Indonesia European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/IEU-CEPA). Hal ini sejalan dengan misi Presiden Jokowi dalam perlindungan dan pengembangan industri sawit.

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, memastikan pihaknya terus melakukan negosiasi perjanjian dagang dengan eropa salah satunya masalah sawit. Saat ini, diakuinya memang perjanjian tersebut belum tuntas dan akan diselesaikan dalam waktu dekat.

"Kami hanya memastikan bahwa negosiasi dengan uni eropa sawit akan menjadi salah satu elemen yang dinegosiasikan," katanya dalam acara Rakornas Kadin, di Jakarta, Selasa (19/11).

Menteri Retno ingin perjanjian dagang ini bisa menjadi jembatan bagi hubungan kerja sama yang lebih baik antar kedua pihak, khususnya di sektor industri sawit.

Hal ini tak lepas dari riwayat panjang ketegangan Indonesia dengan Uni Eropa terkait industri sawit. Uni Eropa kerap menilai industri sawit memberikan dampak buruk terhadap lingkungan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perdebatan Alot

20160304-Kelapa Sawit-istock
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional, Shinta W Kamdani, menambahkan perjanjian dagang IUE-CEPA memang berjalan alot dan tidak bisa diselesaikan dalam waktu dekat. Dia menilai masalah ini menjadi suatu isu yang pelik diantara kedu pihak.

"Palm oil ini masalah yang masih sangat pelik dan itu ada satu chapter khusus terkait sustainable devlompementnya. Prinsipnya perjanjian ini punya kepentingan akan bermanfaat pada sektor-sokto yang padat karya," jelasnya

"Dari sisi yang lian, kita harus berhati-hati karena palm oil kita sekarang didiskriminasikan oleh EU.Oleh karena itu kita mencari solusinya juga melalui perjanjian ini," katanya.

Shinta mengatakan, ada dua sisi yang bisa dilihat dari permasalahan dagang antara Indonesia dan Uni Eropa. Namun, bagaimanapun melihatnya kata dia, negosiasi harus tetap berjalan. "Karena ini makan waktu dan kalau kita hentikan semuanya kita akan tentu saja kalah dengan negara seperti vietnam yang sudah mendahului Indonesia," tandasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya