Banjir Jakarta Awal Tahun Tekan Harga Properti?

Harga properti di suatu kawasan tidak akan mengalami penurunan secara drastis malah justru mengalami kenaikan.

oleh Arthur Gideon diperbarui 20 Jan 2020, 07:30 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2020, 07:30 WIB
Banjir di Green Garden dan Jelambar Jakarta Barat
Becak berpenumpang seorang wanita melintasi banjir di kawasan Duta, Jelambar, Jakarta Barat, Selasa (5/3). Sejumlah ruas jalan di Jakarta Barat tergenang air akibat luapan Kali Angke dan drainase yang buruk serta pasang air laut. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Banjir besar yang melanda Jakarta pada awal 2020 bukan hal baru. Dalam sejarah DKI Jakarta, setidaknya sudah ada lima kali banjir besar dalam jangka waktu dua dekade terakhir, yakni pada 2002, 2007, 2013, 2017 dan yang terbaru, tepat pada hari pertama 2020.

Head of Marketing Rumah.com, Ike Hamdan, menyatakan bahwa properti merupakan salah sektor yang terkena dampak banjir di Jakarta. Dampak terbesar dialami segmen residensial atau perumahan tapak sehingga terjadi penyesuaian harga akibat perubahan supply dan demand terhadap perumahan yang mengalami banjir.

“Berdasarkan pengalaman selama ini, banjir besar biasanya terjadi pada kuartal pertama, bulan Januari hingga bulan Maret. Menurut data Rumah.com Property Index penurunan harga perumahan di kawasan yang terkena banjir tidak drastis dan hanya bersifat sementara,” jelas Ike dalam keterangan tertulis, Senin (20/1/2020).

Jika membandingkan data harga rumah dari Rumah.com Property Index terhadap wilayah yang terkena banjir dari tahun 2015 hingga 2018, menunjukkan bahwa tidak terjadi penurunan harga secara drastis, di beberapa wilayah malah terjadi kenaikan harga properti.

Menurut Ike, data Rumah.com Property Index menunjukkan bahwa harga properti di suatu kawasan tidak akan mengalami penurunan secara drastis malah justru mengalami kenaikan harga properti di beberapa wilayah.

Seperti di 2016, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur mengalami kenaikan harga properti masing-masing sebesar 3 persen dan 2 persen. Sedangkan di 2018, kedua wilayah tersebut juga mengalami kenaikan masing-masing sebesar 2 persen untuk Jakarta Selatan dan 1 persen untuk Jakarta Timur.

“Relatif stabilnya harga properti paska terjadinya banjir karena walaupun wilayah yang terkena banjir tersebar, tapi dampaknya di masing-masing daerah tidak meluas, sehingga tidak terlalu mempengaruhi pasar properti seperti data yang ditunjukkan dari Rumah.com Property Index,” jelasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Promo Menarik

Ciliwung Meluap, Banjir Rendam Kawasan Rawajati
Warga dievakuasi menggunakan perahu karet dari salah satu gang di Kawasan Rawajati yang tergenang banjir, Jakarta, Rabu Rabu (1/1/2020). Hujan yang mengguyur Jakarta sejak Selasa sore (31/12/2019) mengakibatkan banjir di sejumlah titik di Jakarta. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Ike menambahkan harga hunian di wilayah terdampak banjir memang cenderung stabil dan kecil kecenderungannya harganya akan turun. Untuk rumah-rumah berskala besar yang terkena banjir, mungkin akan ada promo menarik yang biasanya diberikan oleh pemilik rumah atau agen properti yang ditunjuk.

“Namun untuk rumah kecil harganya akan cenderung stagnan, karena harga rumahnya sudah murah, jadi tidak mungkin diberi diskon atau semacamnya jadi harganya hanya akan jalan di tempat saja,” kata Ike.

Kenaikan atau penurunan harga properti paska banjir juga bergantung pada tipe dan kawasan perumahan itu sendiri. Salah satu kawasan yang tetap bersinar walau pun langganan banjir adalah kawasan Kelapa Gading. Kawasan ini menjadi bukti bahwa semakin tinggi air menggenang, semakin tinggi pula harga tanahnya.

Kawasan Kelapa Gading dan sekitarnya bisa tetap bersinar meski kerap dirundung banjir karena kawasan ini merupakan kota dalam kota, berbagai fasilitas penunjang penghuni perumahan di kawasan ini sudah lengkap tersedia. Mulai dari fasilitas pendidikan, olahraga, sosial, hiburan, hobi, bisnis, hingga fasilitas lainnya. Selain itu, kawasan ini pun terbilang strategis dengan aksesibilitas memadai dan dapat diakses melalui tol dalam kota.

 

Harus Jeli

Perempatan Green Garden Masih Tergenang Banjir
Sejumlah pengendara antre untuk melewati perempatan Green Garden, Kedoya, Jakarta, Jumat (3/1/2020). Hingga hari ke-3, banjir masih menggenangi sekitar kawasan perempatan Green Garden, Kedoya akibatnya pengendara harus lebih waspada menghindari mesin kemasukan air. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Oleh karena banjir biasanya terjadi di perumahan-perumahan tertentu, maka pembeli rumah harus jeli dengan memperhatikan beberapa ciri dan indikasi kawasan rawan banjir, seperti misalnya dekat sempadan sungai maupun bekas rawa atau sawah.

“Kunci utama untuk mengetahui perumahan yang akan dibeli pernah atau rawan banjir adalah dengan melakukan riset. Oleh karena itu, sebelum membeli rumah penting untuk memastikan apakah perumahan pernah dilanda banjir. Tanyakan hal ini kepada Rukun Tetangga/Rukun Warga setempat. Kalau perlu, tanya beberapa tetangga sekitar untuk mengonfirmasi kebenarannya,” jelas Ike.

"Harus diakui, hunian yang bebas banjir saat ini menjadi pilihan yang banyak dicari oleh para pembeli properti, terutama bagi first time buyer. Dengan memilih hunian dan kawasan yang bebas banjir akan memudahkan para penghuninya dari rasa kekuatiran dan waswas ketika musim hujan datang,” pungkas Ike.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya