PLN Incar Pelanggan Baru di KEK Mandalika

PLN mencatat jumlah pelanggan di KEK Mandalika sebanyak 169 pelanggan dengan daya tersambung sebesar 766,1 kVa.

oleh Arthur Gideon diperbarui 12 Feb 2020, 16:45 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2020, 16:45 WIB
Jokowi saat Peresmian KEK Mandalika di Lombok
Jokowi saat Peresmian KEK Mandalika di Lombok

Liputan6.com, Mataram - PT PLN (Persero) terus meningkatkan infrastruktur kelistrikan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika Nusa Tenggara Barat (NTB). KEK Mandalika telah ditetapkan sebagai destinasi wisata super prioritas.

Senior Manager Perencanaan PLN Unit Induk Wilayah NTB Arsyadani Ghana Akmalaputri mengatakan, pasokan listrik di KEK Mandalika ditopang dari dua Gardu Induk (GI) yaitu GI Kuta dan KG Sengkol. "Pasokan eksisting saat ini sebesar 30 MVA," jelas dia seperti ditulis, Rabu (12/2/2020).

Di tahun ini, PLN akan menambah kapasitas GI Kuta dengan estension trafo 60 MVA. Penambahan kapasitas GI ini akan menunggu realisasi peningkatan beban puncak di GI Kuta yang perlu dioptimalkan. Saat ini Beban GI Kuta sendiri sebesar 8,8 MW.

PLN mencatat jumlah pelanggan di KEK Mandalika sebanyak 169 pelanggan dengan daya tersambung sebesar 766,1 kVa. Adapun rencana kebutuhan rencana listrik per zona layanan KEK Mandalika diperkirakan mencapai 138.677 kVa pada 2040.

PLN telah mengincar potensi pelanggan baru di KEK Mandalika. Dari lima pelanggan besar, setidaknya akan meningkatkan daya tersambung sebesar 4.723 kVa. Kelima potensi pelanggan baru tersebut yakni Hotel Pulman, Royal Tulipe Hotel, Paramount Hotel dan dua UMKM ITDC Mandalika.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Apindo: Presiden Jokowi Minta Pengusaha Investasi Hotel di Mandalika

Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika di Lombok, Nusa Tenggara Barat. (Liputan6.com/Fiki Ariyanti)
Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika di Lombok, Nusa Tenggara Barat. (Liputan6.com/Fiki Ariyanti)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar pengusaha properti ikut membantu hotel di Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Intinya Presiden meminta kami untuk membantu di Mandalika, untuk hotel. Jadi di sana itu hotel kurang baru tiga (hotel) yang ada," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Haryadi Sukamdani, di lingkungan Istana Presiden, seperti dikutip dari laman Antara, pada Selasa 25 Juni 2019.

Haryadi bertemu Presiden Jokowi bersama sejumlah pengusaha properti antara lain pendiri dan pemilik grup Mayapada Dato Sri Tahir, pemilik CT Corp, Managing Director Gandhi Sulistyanto, CEO Sinarmas Land Ltd Mochtar Widjaja, pemilik grup MNC Hary Tanoesoedibjo, pemilik grup Djarum Robert Budi Hartono, pendiri dan pimpinan Rajawali Corpora Peter Sondakh, pemilik dan pendiri grup Mulia Eka Tjandranegara, Direktur Utama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Abdulbar M.Mansoer dan sejumlah pengusaha lainnya. 

Pada Mei 2019, Presiden Jokowi menyampaikan rencana pembangunan sirkuit MotoGP yang akan dilangsungkan pada 2021. Sirkuit itu ditargetkan dapat selesai pada 2020.

"Nah ini dengan ada rencana MotoGP dan juga F1. Saya juga baru dengar itu ternyata Pak Jokowi ada pembicaraan kalau tidak salah di Osaka, dengan siapa itu, pemegang haknya F1 bahwa akan menghadirkan F1 juga di sana (Mandalika), tapi karena kekurangan hotel, mereka minta kita-kita pengusaha ini investasi hotel dan properti," tutur Hariyadi.

Akan tetapi, Hariyadi mengaku sejumlah hambatan untuk mengembangkan Lombok antara lain terkait dengan budaya maupun fasilitas pariwisata lainnya.

"Harus ada atraksinya, nanti ada MotoGP, F1, saya pikir bagus. Kami pemain pariwisata berpikir untuk menarik wisatawan ke sana, jadi memang harus didorong. Sekarang bandara sudah dibangun di sana," kata Hariyadi.

Periode untuk membangun selama dua tahun dari 2019-2021, menurut Hariyadi, cukup asalkan dikemas dengan menarik.

"InsyaAllah cukup. Sekarang memang ujungnya kembali lagi, menarik tidak? Ramai tidak yang datang? Hal itu juga yang selama ini kami sebagai pemain di properti berpikir, kira-kira Mandalika ini masuk tidak ya," kata Hariyadi.

Hal lain yang perlu dipikirkan, misalnya mengenai branding pariwisata di NTB yang sebelumnya disebut sebagai wisata syariah dan wisata halal.

"Wah itu membatasi, pilihan terhadap restoran halal, hotel halal, atau moslem friendly itu pasti ada, tapi tidak di-branding seperti itu jangan sampai kita membatasi potensi yang ada," kata Hariyadi.

Ia mengusulkan, perlu ada target pengunjung yang perlu dipikirkan dalam jangka panjang.

"Contohnya, kita menyasar ke resort, kalangan pensiunan, orang retirement dari Jepang, umur 70-an tahun masih produktif sekali, seperti itu mungkin bisa digarap untuk menjaga okupansi lebih baik dan punya daya tarik yang lebih besar karena senior citizen itu pasti ditengokin sama anak cucunya," ujar Hariyadi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya