Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat produksi tembaga sepanjang 2019 mencapai 176.400 ton, dari target produksi tembaga dipatok 291 ribu ton, turun dari produksi di tahun 2018 yang mencapai 230.923 ton.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono menjelaskan penurunan produksi tembaga tersebut dikarenakan adanya transisi produksi PT Freeport Indonesia dari open pit (tambang terbuka) menjadi underground (bawah tanah).
"Tembaganya mengalami penurunan, saya kira semua tahu Freeport tahun lalu masuk masa transisi dari open pit ke underground. Mudah-mudahan 2020 sudah mulai naik lagi dan nanti 2022 mencapai puncaknya," bebernya di Kantor Kementerian ESDM pada Kamis (12/02/2020).
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, produksi emas terus mengalami kenaikan dari 97,44 ton di 2015 menjadi 108,2 ton di 2019. Produksi emas ditargetkan mencapai 120 ton pada 2020.
Selanjutnya, produksi olahan nikel naik tajam dari 358.494 ton di 2015 menjadi 1.786.400 di tahun 2019. Rencana produksi olahan nikel tahun ini mencapai 2.023.490 ton.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Smelter Freeport di Gresik Bakal Jadi Pengolahan Tembaga Terbesar Dunia
Pembangunan smelter atau pemurnian tambang mineral PT Freeport Indonesia (PTFI) di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, ditargetkan akan beroperasi pada 2023.
"PT Freeport Indonesia mengebut persiapan konstruksi proyek fasilitas pemurnian dan pengolahan (smelter) tambang di Gresik, Jawa Timur. Smelter yang beroperasi pada 2023 menjadi tempat pengolahan tembaga terbesar di dunia," ungkap Vice Presiden Corporate Communication PT Freeport Indonesia Riza Pratama dikutip dari Antara, Minggu (1/3/2020).
Riza menyebut, pembangunan smelter di Gresik telah kerjakan di lokasi yang dulu tanahnya rawa sehingga harus dipadatkan agar posisi smelter tidak bergeser saat terjadi bencana alam seperti gempa bumi.
"Target operasional secara smelter penuh pada 2023 dan memiliki kapasitas pengolahan 2 juta ton konsentrat tembaga per tahun,"ujar Riza.
Advertisement
Telan Biaya USD 3 miliar
Riza menyebut, smelter PT Freeport Indonesia yang dibangun di Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) Gresik tersebut diperkirakan menelan biaya USD 3 miliar.
Lokasi smelter di Gresik, menurut Riza, karena di wilayah Gresik sangat cocok sebab ada pabrik semen yang dapat memanfaatkan hasil pengolahan asam sulfat, perak dan gipsum.
"Ya kenapa smelter Freeport dibangun di Gresik, salah satunya bisa dimanfaatkan pabrik semen untuk mengelola asam sulfat paling dominan,"kata Riza.