Terburuk dalam Sejarah, Harga Minyak Dunia Ambruk 11 Persen

Harga minyak mentah berjangka AS untuk April turun USD 2,79 atau 11,06 persen, menjadi USD 22,43 per barel

oleh Septian Deny diperbarui 21 Mar 2020, 06:30 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2020, 06:30 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah dunia turun 11 persen pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Hal ini ditengah upaya negara-negara terkaya di dunia menuangkan bantuan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke dalam ekonomi global untuk menghentikan resesi yang didorong oleh pandemi virus corona.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (21/3/2020), harga minyak mentah berjangka AS untuk April turun USD 2,79 atau 11,06 persen, menjadi USD 22,43 per barel. Sedangkan benchmark internasional, minyak mentah Brent turun USD 1,49 atau 5,2 persen ke level USD 26,98 per barel.

"Keuntungan luar biasa dari West Texas Intermediate (WTI, minyak mentah AS) mencerminkan harapan dan bukan realitas industri AS," kata Jeffrey Halley, Analis Pasar Senior di OANDA.

Ketika penyebaran virus corona membuat sebagian besar kegiatan di dunia terhenti, negara-negara telah mencurahkan stimulus yang meningkat ke dalam ekonomi mereka. Sementara bank-bank sentral telah membanjiri pasar dengan dolar murah untuk meredakan ketegangan pendanaan.

“Sentimen risiko positif dan melemahnya dolar AS membantu minyak mentah pada hari Jumat. Juga, komentar dari Presiden AS Trump bahwa ia mungkin terlibat dalam perang (harga) minyak pada waktu yang tepat mendukung minyak,” kata Analis Minyak UBS Giovanni Staunovo.

“Kekhawatiran saya terkait dengan kemungkinan lebih banyak pembatasan mobilitas di seluruh dunia, yang kemungkinan akan semakin membebani permintaan minyak. Karenanya, yang terburuk mungkin belum berakhir untuk harga minyak,” lanjut dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Arab Saudi Tingkatkan Produksi

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Harga minyak mentah WTI dan Brent jatuh sekitar 40 persen dalam dua minggu terakhir sejak kegagalan pembicaraan antara Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, yang menyebabkan Arab Saudi meningkatkan pasokan.

Trump mengatakan bahwa ia akan bertindak pada perang harga di waktu yang tepat. Menurutnya, harga bensin yang rendah baik untuk konsumen AS meskipun mereka merugikan industri.

Meskipun terjadi kenaikan harga minyak pada Kamis dan Jumat ini, Brent masih di jalur kerugian mingguan lebih dari 10 persen, penurunan mingguan keempat terturut-turut.

"Pengekangan pasokan oleh produsen inti OPEC dapat mendorong harga Brent di kuartal II menjadi USD 30 per barel. Sementara langkah-langkah AS untuk mendukung pasar dapat mendorong harga dalam waktu dekat," ungkap Goldman Sachs.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya