Perkuat Stok Pangan, Bulog Mulai Serap Sagu dari Indonesia Timur

Dirut Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) memprediksi sejumlah negara rekan dagang Indonesia bakal mulai menutup keran ekspornya setelah merebaknya Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Apr 2020, 19:15 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2020, 19:15 WIB
Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengunjungi Gudang di Kelapa Gading
Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengunjungi Gudang di Kelapa Gading (dok: Tira)

Liputan6.com, Jakarta - Dirut Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) memprediksi sejumlah negara rekan dagang Indonesia bakal mulai menutup keran ekspornya setelah merebaknya Covid-19.

Hal ini tentu berdampak pada Indonesia. Karena itu, segenap pemangku kebijakan sektor pangan harus memutar otak untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

“Prediksi kami dengan Covid-19 ini, kami harus punya stok yang maksimal dimana beberapa negara ini sudah mulai menutup, seperti dulu kalau kami bisa impor, di Thailand Vietnam, beberapa negara hari ini mereka sudah mulai membatasi ekspor mereka ke negara-negara lain,” kata dia, dalam RDP virtual dengan Komis IV, Kamis (9/4/2020).

Upaya menjamin stok pangan ditempuh Bulog dengan cara memaksimalkan penyerapan bahan pangan dari dalam negeri. Bahan pangan yang diserap tersebut kemudian mulai dicadangkan untuk kebutuh masyarakat.

Buwas mengatakan, untuk memperkuat stok bahan pangan, pihaknya pun mulai melirik bahan pangan lain selain beras. Sagu, makanan khas di sejumlah wilayah Indonesia timur pun mulai diserap Bulog

“Kami sudah mengelola pangan lain, seperti tadi Sagu kami sudah bekerja sama dengan beberapa komunitas petani di wilayah khususnya di Indonesia timur dimana divisi-divisi daerah kami sudah mulai menyerap sagu untuk kita simpan, kita cadangkan untuk nanti digunakan untuk kebutuhan masyarakat yang mengkonsumsi Sagu. Ini akan kita tingkatkan sesuai dengan kebutuhan nanti,” urai dia.

 

Jagung

Petani Tuban Siapkan Ekspor Benih Jagung Hibrida ke Timor Leste
Dokumentasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.

Selain itu, pihaknya juga menyerap jagung dari petani. Buwas mengakui, sesungguhnya pihaknya sudah mendapatkan izin impor jagung sebanyak 100.000 ton. Hanya saja belum digunakan.

“Jagung juga kami kemarin dialokasikan mendapatkan jatah impor 100.000 ton jagung. Namun kami masih mempertimbangkan (impor), karena produksi jagung dalam negeri masih banyak, maka kami belum memutuskan untuk impor dan kami sudah melakukan penyerapan di beberapa daerah, hasil panen jagung dari petani dan itu kami gunakan untuk kebutuhan petani atau peternak-peternak mandiri,” tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya