Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mencatat bahwa investasi sektor industri manufaktur di Kuartal I 2020 mencapaiĀ Rp 63,9 triliun. Angka tersebut naikĀ naik 44,6 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang ada di angka Rp 44,2 triliun.
Agus menjelaskan, lima besar nilai investasi tersebut meliputi industri logam, mesin dan elektronik, industri kedokteran, presisi dan optik serta jam sebanyak Rp 26,5 triliun. Selanjutnya industri makanan Rp 11,6 triliun, industri kimia dan farmasi Rp 9,8 triliun, industri mineral non logam Rp 4,3 triliun, dan industri karet dan plastik Rp 3 triliun. Total menjadi Rp 63,9 triliun.
Baca Juga
Kendati begitu, dia menyebut kondisi terkini sektor industri pengolahan melambat 2,01 persen dari sebelumnya 4,80 persen pada triwulan I 2019. Kinerja industri pengolahan yang masih positif terutama terdorong oleh peningkatan demand yang sangat tinggi untuk industri alat kesehatan dan farmasi, serta pertumbuhan positif pada beberapa sektor industri kimia, alat angkut, kertas, industri logam, makanan dan minuman, pengolahan tembakau, dan industri pengolahan kayu.
Advertisement
"Covid-19 selain berdampak pada sektor kesehatan juga berdampak pada perlambatan industri, sebagai informasi sampai dengan kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan menjadi 2,97 persen, dari sebelumnya 5,07 persen pada triwulan I 2019," kata Menteri Agus dalam Webinar Bersama Lawan covid-19, Selasa (9/6/2020).
"Ekspor industri pengolahan juga mengalami penurunan -0,66 persen menjadi USD 32,99 miliar, namun di sisi lain surplusnya juga masih positif meskipun ada penurunan sebesar USD 1,7 miliar. Ini juga sangat menggerakkan ada secercah ketika kita melihat bahwa investasi industri pada kenyataannya kenaikannya ada," ujarnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Utilisasi Nasional
Namun demikian, Agus mengatakan utilisasi nasional rata-rata di semua sektor sebesar 40 persen. Ini merupakan angka yang sangat rendah. Sementara rata-rata utilisasi nasional sebelum covid-19 ada pada angka 75 persen.
"Ketika itu confident dari pihak market dan industri sangat tinggi, bisa kita lihat dari Purchasing Managers Index (PMI) pada bulan Februari ada pada titik 51, 9 poin, ini tertinggi dalam sejarah Indonesia, tapi setelah covid-19 menjadi problem yang begitu besar di Indonesia, dengan sendirinya tentu akan membawa tekanan-tekanan terhadap industri itu sendiri," pungkasnya.
Advertisement