Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki minta koperasi bertransformasi menyesuaikan diri dengan revolusi industri 4.0 akibat pandemi Covid-19. Langkah awal yang bisa dilakukan koperasi dengan membangun karakter yang kreatif dan inovatif.
"Langkah awal yang perlu dilakukan dalam transformasi adalah membangun karakter kreatif dalam inovatif bagi insan penggerak strategi bisnis," kata Teten dalam Webinar Nasional Koperasi Era Industri 4.0, Jakarta, Senin (20/7).
Baca Juga
Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini meminta koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan bisa masuk ke sektor ekonomi kreatif. Sebab saat ini banyak anak muda yang terlibat dalam sektor ini.
Advertisement
Ini menjadi penting lantaran secara demografi, anak muda jumlahnya lebih banyak. Jika koperasi terlambat masuk ke generasi ini, maka koperasi di masa mendatang bakal ditinggalkan.
"Kalau koperasi tidak masuk ke anak muda saat ini, saya kira koperasi akan ditinggalkan," kata Teten.
Sehingga sangat penting koperasi menunjukkan kemampuan inovasi dan kreativitas agar menjadi pilihan lembaga keuangan yang rasional. Koperasi juga dituntut untuk beradaptasi dengan sistem digital agar tidak tertinggal.
"Jika tidak mau tergilas perubahan zaman, makanya perlu redesain supaya koperasi bisa lebih cepat dalam pelayanan anggota," tutur Teten.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kembangkan Aplikasi Digital
Dia menambahkan saat ini sudah banyak koperasi dan lembaga pembiayaan lainnya yang mengembangkan aplikasi digital. Lewat aplikasi ini diharapkan komunikasi antara koperasi dan anggota jadi lebih efisien.
Di sisi lain, pihaknya juga tengah merumuskan arsitektur ekosistem baru agar koperasi bisa sejajar dengan korporasi. "Ekosistem baru yang menginginkan koperasi bisa tumbuh sejajar dengan korporasi," katanya mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
Menteri Koperasi Jamin Alternatif Pembiayaan Koperasi Pangan
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki siap memberikan alternatif pembiayaan bagi koperasi pangan yang mengalami masalah likuiditas.
“Ada skema pembiayaan talangan karena semua ritel atau juga non ritel itu tidak bisa cash karena konsinyasi 14 hari. Jadi saya kira kebutuhan-kebutuhan ini nanti akan kita selesaikan supaya betul-betul koperasi bisa tumbuh besar,” kata Teten dalam keterangan tertulisnya, Senin (20/7/2020).
Pasalnya, ia terus mendorong koperasi-koperasi sektor pangan masuk dalam skala bisnis. Hal ini supaya koperasi tersebut dapat tumbuh berkembang.
Misalnya, Koperasi Gapoktan Tani Mulus saat ini mengolah lahan pertanian seluas 278 ha dengan dukungan modal dari pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) Bank Sinarmas. Sementara mulai tahun ini Koperasi Gapoktan Tani Mulus menargetkan penambahan lahan garapan seluas 10 ribu ha.
“Kalau produksinya dalam skala bisnis koperasi bisa mendapatkan market yang stabil, juga mendapatkan skema pembiayaan baik pembiayaan modal kerja untuk produksi, maupun investasi untuk pembangunan RMU dan pengolahan hasil padinya,” katanya.
Terhubung dengan Pasar
Menurut Teten, koperasi bisa tumbuh besar karena didukung dengan skema pembiayaan yang terhubung dengan market. Banyak petani yang menjual hasil panennya itu langsung ke pasar. Biasanya seperti itu petaninya tidak terlindungi.
“Kalau nanti ini dalam bentuk koperasi, koperasi jadi offtaker yang beli dari hasil panen petani lalu koperasi juga mengarahkan petani tanam,” ujarnya.
Demikian, konsep korporatisasi petani maka koperasi yang akan melindungi petani dari permainan harga. Koperasi juga bisa memberikan dana talangan kepada petani ketika membutuhkan di saat panen raya, yang bisa menahan penjualan padi di panen raya ketika harga jatuh.
Advertisement