Liputan6.com, Jakarta Pembangunan kilang minyak atau Refinery Development Master Plan (RDMP) dinilai tetap penting meskipun dalam kajian Pertamina, permintaan akan minyak akan terus menurun.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menjelaskan, pembangunan kilang minyak tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan mendukung percepatan produksi minyak sesuai dengan target pemerintah mencapai produksi minyak hingga 1 juta barel di tahun 2026 mendatang.
"Banyak yang bertanya kenapa RDMP ini tetap dibangun padahal oil demand akan turun? Jangan lupa, kita bangun kilang sebagian besar itu kita lakukan improvement dari kilang eksisting untuk meningkatkan kualitas produk," jelas Nicke dalam webinar, Minggu (26/7/2020).
Advertisement
Sebagai informasi, saat ini standar bahan bakar Euro 4, yang ramah lingkungan, sedang gencar dicanangkan pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.
Nicke bilang, kualitas produksi kilang eksisting masih belum memenuhi standar tersebut dan pasokannya juga belum mencukupi permintaan domestik.
"Saat ini, produksi kita masih Euro 2 sebagian besar. Padahal tuntutan dunia dari segi lingkungan itu Euro 4 dan Euro 5," jelas Nicke.
Pembangunan kilang minyak tersebut nantinya akan diintegrasikan dengan petrokimia. Selain peningkatan kualitas kilang eksisting untuk mencapai target 1 juta barel, akuisisi perusahaan minyak dan gas dengan aset besar juga penting dilakukan.
Hal itu dikarenakan reserve to production (RTP) Pertamina saat ini adalah 7 tahun, sehingga jika perusahaan tidak segera mencari cadangan minyak baru atau melakukan akuisisi dengan perusahaan lain, maka cadangan eksisting akan habis dalam 7 tahun.
"Akusisi ini cara cepatnya, jadi langsung mendapatkan peningkatan cadangan dan produksi," jelas dia.
Saksikan video di bawah ini:
Pertamina Jaga Produksi Minyak Lapangan Tarakan di Tengah Pandemi
Tarakan Field merupakan wilayah kerja Pertamina EP Asset 5 anak perusahan PT Pertamina (Persero), salah satu KKKS dibawah pengawasan SKK Migas.
Tarakan Field mengusahakan kebutuhan energi negeri dari wilayah Kalimantan Utara yang meliputi Lapangan Sembakung, Lapangan Mangatal, Lapangan Sesanip, Lapangan Pamusian dan Lapangan Juata. Kondisi geografis wilayah tersebut adalah perairan seperti muara-muara sungai di delta Mahakam.
Perjalanan menuju lapangan-lapangan tersebut, khususnya Lapangan Sembakung cukup menantang dan menyulitkan karena harus ditempuh menggunakan speedboat dengan menyusuri sungai serta menyeberangi lautan, yang dibutuhkan waktu sekitar 2 jam dari Kota Tarakan menuju Lapangan Sembakung.
“MWT ini bertujuan untuk melihat dan meninjau langsung perkembangan operasi sekaligus bersilaturahmi dengan para pekerja agar terus semangat dalam menjaga produksi Lapangan Sembakung yang merupakan backbone dari Pertamina EP Asset 5,” jelas Tarakan Field Manager Agung Wibowo dalam keterangan resmi, Sabtu (25/7/2020).
Data produksi Tarakan Field berdasarkan Sistem Operasi Terpadu (SOT) SKK Migas akhir Juni 2020 year to date, menunjukkan angka produksi minyak mentah Tarakan Field mencapai 2.055 bopd.
Sedangkan angka produksi gas bumi berkisar pada 2.15 mmscfd. Angka produksi minyak mentah Tarakan Field menyumbang angka produksi Pertamina EP Asset 5 sebesar 11.06 pesan, sedangkan gas bumi sebesar 12.18 persen.
Data produksi Sistem Operasi Terpadu (SOT) SKK Migas akhir Juni 2020 year to date, menunjukkan angka produksi minyak mentah Pertamina EP Asset 5 mencapai 18.582 bopd dari target 18.383 bopd, atau realisasi sebesar 101.08 persen. Sedangkan angka produksi gas bumi berkisar pada 17.62 mmscfd dari target 14.61 mmscfd, atau realisasi sebesar 120.51 persen.
Advertisement